Berita Pendidikan Hari Ini

Kisah Boymaira Suat Pasai, Anak Pulau Buru di Maluku yang Kini Bisa Kuliah Magister Ilmu Hukum UGM

Satu dari masyarakat Pulau Buru bernama Ratu Boi Maira Suat Pasai atau Boymaira Suat Pasai pun memulai jejak perantauannya ke Yogyakarta, tepatnya ke

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Boymaira Suat Pasai, calon mahasiswa Magister Ilmu Hukum di UGM dari Pulau Buru. Dia berhasil mendapatkan beasiswa LPDP melalui program beasiswa daerah afirmasi dan mulai kuliah pada pertengahan 2024 nanti 

Kehidupan ekonomi masyarakat Pulau Buru bergantung pada hasil laut dan pertanian di darat. Sebagai gambaran untuk komoditas kopra per kilonya dihargai Rp3.000 saja.

Sekali panen biasanya terjual sampai satu ton sehingga menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 3.000.000. Selama setahun ada dua kali panen.

Apabila di total dengan asumsi per panen satu ton, maka hanya terkumpul uang panen sebesar Rp6.000.000 saja selama satu tahun.

Penghasilan seperti itu tentu saja tak cukup untuk menghidupi keluarga dengan rata-rata memiliki tiga sampai lima anak di rumah.

Dengan kondisi seperti itu tentunya tak heran apabila rata-rata pendidikan masyarakat di sana hanyalah tamatan SMP atau SMA. Pendidikan tinggi masih jauh dari asa.

“Mungkin psikologi mereka ketika mereka melanjutkan sampai tingkat kuliah itu menjadi penghambat di ekonomi (keluarga) mereka” kata Boy melansir laman LPDP, Senin (8/4/2024).

Akar struktural inilah yang membuat pendidikan tidak menjadi prioritas utama untuk dikejar.

Bahkan keengganan bersekolah tinggi juga dimiliki oleh orang-orang yang notabene memiliki cukup kekayaan seperti para pemilik kebun. Mereka berpikir bahwa lulus sekolah belum tentu mendapat pekerjaan yang layak.

Menjadi suatu keberuntungan ketika keluarga Boy punya kesadaran dengan menginginkan anak-anaknya bisa menempuh pendidikan tinggi.

Dari kelima saudara, tiga orang telah tamat sarjana termasuk Boy.

Jalan Terjal Mengakses Pendidikan di Wilayah Kepulauan

Maluku adalah wilayah kepulauan yang akses dari satu pulau ke pulau lainnya membutuhkan transportasi laut atau udara.

Sekolah dan universitas yang bagus masih berada di pulau lainnya.

Meski masih di wilayah Maluku, perjalanan Boy cukup berliku untuk bisa mencapai Pulau Ambon tempatnya menempuh pendidikan. 

Dari kampungnya, ia terlebih dahulu menuju Kota Namrole dan melanjutkan ke Kota Ambon menggunakan kapal feri dalam waktu tempuh tujuh sampai delapan jam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved