Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Aolia Tentukan Lebaran Usai Telepon Allah, Ini Respon PWNU DIY

PWNU telah menganalisis berbagai statmen dari mbah Kiyai Benu dan berbagai tulisan di media yang kemudian dibahas dalam rapat bersama PCNU Gunungkidul

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Neti Rukmana
Ketua Tanfidzhiyyah PWNU DIY, KH. Zuhdi Muhdlor. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Ketua Tanfidzhiyyah PWNU DIY, KH. Zuhdi Muhdlor, menanggapi fenomena jemaah Aolia di Kabupaten Gunungkidul terkait penentuan lebaran Idulfitri 1445 H/2024 M yang dilakukan usai mendapat telepon dari Allah.

"Kami perlu mengingatkan dengan mbah Benu bahwa yang disampaikan itu sungguh berbahaya. Apalagi tentang statmennya bertelepon langsung dengan Gusti Allah," kata dia kepada awak media usai menghadiri Bukber PW Pagar Nusa DIY, di Sewon, Bantul , Minggu (7/4/2024). 

Disampaikannya, peringatan tersebut diberikan usai pihaknya mencium pendapat mbah Benu yang mengandung unsur-unsur tidak benar dalam pandangan PWNU DIY yang dilihat melalui dalil Al Quran dan hadis nabi.

Bahkan, pihaknya telah melakukan analisis berbagai statmen dari mbah Kiyai Benu dan berbagai tulisan di media yang kemudian dibahas dalam rapat gabungan bersama PCNU Gunungkidul.

"Meski pun kemudian ada klarifikasi (yang diberikan mbah Benu terkait statmen mendapat telepon dari Allah). Tapi, klarifikasi beliau kan tidak sepenuhnya menghilangkan makna personifikasi yang muncul dari statmen tersebut," jelas KH. Zuhdi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua MUI DIY.

Baca juga: Mengenal Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Aolia di Panggang Gunungkidul

Menurutnya, bahasa bertelepon langsung dengan Gusti Allah terkesan terdapat personifikasi bagi dzat Tuhan.

Padahal, kata KH. Zuhdi, Tuhan tidak bisa dipersonifikasi seperti itu. 

"Gusti Allah sudah berfirman bahwa tidak seperti apapun yang ada dalam benak pikiran manusia. Tapi kalau kemudian bisa ditelepon, tuhan itu bisa digambar seperti apa sosoknya. Nah itu bisa menjurus kepada kemusyrikan," tutur dia.

Maka dari itu, ucap KH. Zuhdi, bagi PWNU apa yang dilakukan mbah Benu sudah masuk dalam wilayah cukup membahayakan akidah.

Pihaknya pun sudah memberikan pemahaman kepada mbah Benu dan sudah melakukan pendampingan agar kembali ke jalan yang benar.

"Tadi sudah ada dialog dan hasil dialog sementara cukup konstruktif, positif. Mbah Benu menerima masukkan dari kami untuk kembali kepada kebenaran pada Al Quran dan hadist," beber dia.

"Lalu, kalau kemudia ada hal-hal pendapat yang berbeda dan mainstrem, beliau mengatakan bahwa itu akan menjadi pendapat sendiri, tidak akan dipublikasikan atau mengajak orang lain. Tetapi cukup dilakoni (dilakukan) sendiri," imbuhnya.

Lebih lanjut, KH. Zuhdi menyampaikan, apa yang dilakukan mbah Benu kemarin merupakan hasil kontak spiritual dengan Tuhan.

Namun begitu, pihaknya tidak melihat adanya unsur kesengajaan penistaan agama.

"Sebenarnya, kalau kesengajaan saya tidak melihat itu dari statmennya. Memang kalau mau ditarik ke ranah sana, bisa juga. Tetapi, saya kira dengan pendekatan persusif itu akan lebih mengenal. Karena beliau kan sudah sepuh sebetulnya. Umurnya sudah 80 tahun lebih kan? Sehingga, pernyataan-pernyataan beliau coba kita dekati dan di PWNU ingin meluruskan," tandasnya.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved