Berita Bisnis Terkini
Strategi Membangun Desa Prenerur sebagai Motor Penggerak Perekonomian DIY
Pembentukan desa preneur merupakan upaya Dinas Koperasi dan UKM DIY untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
“Kolaborasi ini menjadi bagian penting juga. Akademisi misalnya, banyak penelitian yang kemudian bisa diimplementasikan untuk mengembangkan desa preneur. Kalau tidak disambungkan (dengan masyarakat) mungkin hanya menjadi laporan saja. Legislatif juga tentu selama ini sudah memberikan dukungan. Media juga beperan sebagai value planner, dengan pebisnis atau agregator misalnya,” paparnya.
Anggota Komisi B DPRD DIY, Madiono mengungkapkan kendala utama dalam membentuk desa preneur adalah keberanian untuk memulai, sehingga perlu ada dorongan melalui program-program dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY.
Dari sisi anggaran, Pemda DIY sudah memiliki sumber yang cukup, baik melalui dana keistimewaan maupun bantuan keuangan khusus (BKK).
“Apalagi danais ini juga digunakan untuk desa preneur. Tentu saja akan mempercepat pengentasan kemiskinan di DIY, karena saat ini pengentasan kemiskinan menjadi salah satu yang belum berhasil diselesaikan. Dinkop UKM DIY tentu sudah memiliki program-program untuk menumbuhkembangkan ekonomi kreatif di pedesaan. Kami di DPRD bertugas menampung aspirasi masyrakat untuk kemudian disalurkan ke OPD terkait,” ungkapnya.
Sebagai legislatif, pihaknya memiliki fungsi pengawasan.
Fungsi tersebut dilakukan untuk memastikan program yang dijalankan tepat sasaran, termasuk dari sisi pemanfaatan anggarannya.
Pada kesempatan yang sama, Inisiator Desa Preneur model Blangkon, Imam Syafi’i menyebut DIY memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Namun untuk dapat menumbuhkan desa preneur diperlukan kesiapan masing-masing desa, mulai dari SDM serta keberpihakan perangkat daerah.
Sebab keberpihakan perangkat daerah pada pembangunan ekonomi daerah, akan mempercepat keberhasilan desa preneur.
“Kalau perangkat daerahnya punya visi misi untuk mengembangkan ekonomi, pasti dari regulasi dan programnya akan diarahkan ke sana. Sehingga larinya lebih cepat. Tetapi kan tidak semua perangkat daerah punya komitmen seperti itu, sehingga kesiapan desa untuk mengembangkan desanya ini menjadi penting,” ujarnya.
Ia mencontohkan Angkringan Kopi Kethip yang ada di Sidoarum, Godean.
Angkringan tersebut diinisiasi oleh masyarakat yang memanfaatkan lahan di sekitarnya.
Tumbuh saat pandemi COVID-19, saat ini menghasilkan omzet Rp3-10 juta per hari.
Produk yang dijajakan di angkringan tersebut diproduksi oleh ibu rumah tangga di wilayah itu.
Sedangkan yang bertugas melayani pembeli adalah pemuda setempat.
Jelang Natal, Perajin Patung Rohani di Bantul Banjir Pesanan |
![]() |
---|
KAI Daop 6 Yogyakarta Siap Dukung Program Angkutan Motor Gratis Periode Natal 2024 |
![]() |
---|
Transaksi Pembayaran Jadi Katalisator Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan |
![]() |
---|
Sambut Libur Akhir Tahun, YIA Kulon Progo Akan Turunkan Tarif PJP2U dan PJ4U hingga 50 Persen |
![]() |
---|
Truk Mogok di Perlintasan Kereta Wilayah Purwokerto, Sejumlah KA Alami Kelambatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.