Hadis Harian

Hadits Arbain ke 23: Anjuran untuk Bersuci, Berdzikir dan Bersedekah

Dari Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Bersuci itu sebagi

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
zoom-inlihat foto Hadits Arbain ke 23: Anjuran untuk Bersuci, Berdzikir dan Bersedekah
islam.nu.or.id
Ilustrasi hadits Arbain

TRIBUNJOGJA.COM - Pada hadits arbain yang ke 23 ini menjelaskan keutamaan dan hakikat amal perbuatan manusia.

Pada hadits arbain ke 23 ini juga menunjukan sekaligus mengklarifikasi bahwa ajaran islam tidak hanya memberikan aturan tapi juga memberikan tuntunan.

Ajaran islam mengatur dari hal yang sepele sampai yang rumit sekalipun. Salah satu ajaran islam yang mungkin masih dianggap sepele sebagian orang adalah tentang kebersihan. Islam sangat memperhatikan kebersihan dari mulai ujung rambut hingga ujung kaki.

Kesucian atau kebersihan bahkan menjadi pembahasan pertama dalam kitab ilmu fiqh manapun, karena bersuci adalah syarat awal dan syarat utama sebelum memulai beribadah.

Jika terdapat masalah pada kesucian atau kebersihan maka bisa dipastikan ibadahnya pun bermasalah.

Selain kebersihan ada beberapa juga tuntunan amal perbuatan yang dijelaskan dalam hadits arbain an-Nawawi ke 23 yang bisa dilakukan oleh umat muslim sebagai upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Berikut hadits arbain an-Nawawi yang ke 23 di dalam kitab hadits Arba’in An-Nawawi karya Imam Nawawi,

عَنْ أَبِي مَالِكٍ الحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:) الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ وَالحَمْدُ للهِ تَمْلأُ المِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ والحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَو تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاةُ نُورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَو مُوْبِقُهَا (رَوَاهُ مُسْلِمٌ )

Dari Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillah (segala puji bagi Allah) itu memenuhi timbangan. Ucapan subhanallah (Mahasuci Allah) dan alhamdulillah (segala puji bagi Allah), keduanya memenuhi antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti nyata, kesabaran adalah sinar, Al-Qur’an adalah hujjah yang membelamu atau hujjah yang menuntutmu. Setiap manusia berbuat, seakan-akan ia menjual dirinya, ada yang memerdekakan dirinya sendiri, ada juga yang membinasakan dirinya sendiri." [HR. Muslim, no. 223]

Ketika menjelaskan tentang hadits ini di dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan “Hadits ini merupakan salah satu pokok ajaran islam. Di dalamnya tercakup kaidah-kaidah islam yang sangat penting”.

Berikut beberapa kaidah yang bisa diambil dari hadits diatas,

1. Kebersihan atau Bersuci

Rasulullah bersabda tentang keistimewaan Tharah atau Bersuci yakni,

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ

“Bersuci itu setengah dari iman”

Terdapat tiga penafsiran tentang hadits tersebut yaitu,

Pertama, bersuci adalah setengah dari iman. Dengan iman, dapat membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran maknawi seperti syirik dan fasik. Sedangkan Thaharah membersihkan kotoran-kotoran nyata.

Iman mengahapus dosa-dosa besar sedangkan tharah atau berwudhu memberishkan dari dosa-dosa besar sebagaimana sabda Rasulullah,

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ

Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari badannya, sampai-sampai keluar dari bawah kuku-kukunya. (HR. Muslim)

Kedua, Tharah atau bersuci adalah sebagian dari shalat, dikarnakan suci adalah syarat utama sebelum menunaikan shalat.

Ketiga, membersihkan hati sebagian dari iman, sebagimana penjelasan Imam Al-Ghazaly dalam menafsirkan hadits ini, maksudnya adalah bersihnya hati dari segala sifat hasad, dendam dan penyakit hati lainnya.

Tidak ada yang salah dengan tiga penafsiran diatas, yang menjadi point pentinf adalah bahwa islam sangat menjaga dan menjunjung tinggi yang namanya kebersihan. Walaupun dikatakan kebersihan setengah dari iman namun, belum bisa dipastikan benar-benar setengahnya dari iman secara sempurna tetapi bisa saja hanya sebagian seperti penjelasan Imam An-Nawawi dalam Syarhul Shahih Muslim.

2. Beridzikir Kepada Allah

Dalam redaksi hadits terkumpul 2 kalimat mulia yaitu Alhamdulillah dan Subhanallah. Terutama Alhamdulillah yang akan memperberat timbangan di hari penimbangan amal kelak. Sebagai muslim wajib mengimani akan datangnya Yaumul Mizan (Hari Timbangan) yang mana seluruh umat manusia akan dikumpulkan di timbang antara amal kebaikannya dengan amal keburukannya. Apabila amal kebaikannya lebih berat maka Ia akan masuk surga, begitupun sebaliknya jika yang lebih berat adalah amal keburukan maka ia akan masuk neraka.

Dengan memperbanyak ucapan Alhamdulillah akan memperberat timbangan amal kebaikan kelak apalagi jika ditambahkan dengan subahanallah yang akan memenuhi seluruh langit seperti dalam redaksi hadits.

3. Shalat adalah cahaya

Shalat adalah tiang agama, bisa dipastikan jika tidak shalat maka telah runtuh agamanya bahkan beberapa ulama berpendapat bahwa ia sudah kafir.

Ust Das’ad latif dalam ceramahnya mengatakan bahwa shalat merupakan pucuk tertinggi penghambaan seseorang yang membuat dirinya kecil dan kerdil dihadapan Sang Penguasa.

Maksud shalat adalah cahaya dihari kiamat kelak orang yang mndirikan shalat akan keluar cahaya dari wajahnya. Tidak hanya di akhirat di dunia pun terpancar wajah keimanan sebagaimana perkataan Imam An-Nawawi dalam Syarhul Shahih Muslim “Begitu pula di dunia,wajah mereka memancarkan sinar keimanan. Hal ini berbeda dengan orang yang tidak shalat”.

Shalat juga merupakan pencegah dari perbuatan keji dan munkar sebagimana firman Allah ta’ala,

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari yang keji dan munkar”. (QS Al-Ankbut :45)

4. Sedekah

Sedekah adalah bentuk bukti nyata keimanan seseorang sebagaimana dalam redaksi hadits. Sedekah berasal dari kata Shadaqa yang artinya benar. Orang yang gemar bersedakah dalah orang benar dalam pengakuan imannya.

5.  Kesabaran

Dalam hadits disebutkan bahwa kesabaran adalah sinar. Sinar yang dimaksud disini adalah sinar yang terpancar dari benda yang panas seperti matahari. Mengapa kesabaran disebut sinar yang terpancar dari benda yang panas? Karena kesabaran sulit dilakukan dan ia juga akan membimbing dalam kebenaran dan mudah melalui kesulitan. Bahkan seseorang yang bersabar akan mendapat pahala yang tanpa batas sebagimana firman Allah ta’ala,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az Zumar: 10)

6. Al-Qur’an adalah Hujjah

Allah subahanhu wata’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari al-Qur`ân (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang  yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (Al-Isra:82)

Al-Qur’an akan menjadi hujjah yang menolong ketika ia dibaca, dahafalkan dan ditadaburi namun sebaliknya apabila ia hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai hiasan rumah atau hanya dibacakan ketika membuka acar-acara tertentu dan ketika ada orang meninggal maka ia kelak akan menjadi hujjah yang mendorong kita masuk neraka.

Ibnu Mas’ud RA berkata “Al-Qur`an adalah pemberi syafa’at yang diberi hak untuk memberikan syafa’at dan pendebat yang dibenarkan. Barangsiapa meletakkan al-Qur`an di depannya, maka al-Qur`an menuntunnya ke surga. Barangsiapa meletakkannya di belakang punggungnya, maka al-Qur`an menariknya ke neraka.”

(MG An-Nafi)

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved