Kampung Jamu di Dusun Tempursari Kulon Kabupaten Magelang

Hampir semua warga Dusun Tempursari Kulon, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah hingga kini masih setia berjualan jamu

|
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Ananda Putri Oktaviani MG
Partiyah (47) salah satu warga di Dusun Tempursari Kulon, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kapubaten Magelang sedang menyiapkan bahan - bahan pembuatan jamu tradisional. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Hampir semua warga di Dusun Tempursari Kulon, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah hingga kini masih setia berjualan jamu tradisional, meski bermacam obat dan jamu modern makin menjamur saat ini. Tak heran jika dusun ini disebut kampung jamu.


Salah satunya warga dusun Tempursari Kulon, Partiyah (47) hingga kini ia masih menjual jamu tradisional hasil racikan turun temurun dari neneknya.


“Awalnya dari nenek saya, lalu diturunkan ke ibu saya, selanjutnya ke saya,” ucap Partiyah salah satu warga dusun Tempursari Kulon yang berjualan jamu, Sabtu (20/1/2024).


Partiyah menyebutkan, terdapat sekitar 100 kepala keluarga yang tinggal di Dusun tersebut dan hampir 90 persennya memproduksi dan berjualan jamu


“Ya, hampir 90 persen warga disini membuat dan menjual jamu,” kata Partiyah.


Dahulu masih banyak warga yang masih berjualan jamu dengan berkeliling menggendong jamu ke kampung sampai ke luar kampung. Akan tetapi seiring berjalannya waktu penjual jamu sudah jarang menjual jamu dengan digendong melainkan dengan sepeda motor.


“Saat ini sudah jarang yang digendong, hampir semuanya pakai sepeda motor,” tuturnya

 

Jamu - jamu yang dibuat warga Dusun Tempursari Kulon tersebut hingga kini masih mempunyai banyak peminat karena masih mempertahankan keaslian dan bahan - bahan yang digunakan berbahan dasar alami.


Wanita berusia 47 tahun tersebut mengatakan, dalam sehari ia dapat membuat jenis jamu dengan kandungan dan khasiat yang berbeda beda. 


“Tiap hari saya bikin jamu dengan kandungan dan khasiat yang berbeda beda, seperti "cabe lempuyang" untuk pegal linu, "uyub - uyub" untuk melancarkan asi, "kunyit asem" untuk melangsingkan badan, "sirih" untuk menghilangkan bau badan, "paitan" untuk membersihkan darah dan gatal - gatal, "kencur" untuk obat batuk , dan "kunyit" untuk maag.” Jelasnya.

 

Semua jenis jamu tersebut ia jual dengan harga Rp 3rb dan Rp 10rb untuk per gelasnya.


Sedangkan untuk per liternya dijual dengan harga Rp 20rb. 


“Kalau per gelas Rp3rb sampai Rp 10rb, kalau per liter Rp 20rb,” terangnya.


Dalam sehari omset yang diperoleh dari penjualan jamu bisa mencapai Rp 200rb.


Ia biasanya berjualan mulai pukul  07.00 hingga jam 12.00 di daerah Salaman.

(MG Ananda Putri Oktaviani).

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved