Cerita Bupati Klaten Sri Mulyani Tak Bisa Duduk Manis di Kantor: Kebanyakan Kerja Saya di Lapangan

Dalam sehari, Sri Mulyani bisa saja mengikuti tiga hingga empat kegiatan dari pagi hingga sore, bahkan malam.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Bupati Klaten, Sri Mulyani mengunjungi Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Rabu (6/12/2023) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Menjadi orang nomor satu di Kabupaten Klaten membuat Sri Mulyani harus selalu mau bergerak, mengenal warga, turun ke akar rumput, maupun membuka acara-acara penting.

Dalam sehari, Sri Mulyani bisa saja mengikuti tiga hingga empat kegiatan dari pagi hingga sore, bahkan malam.

Sri Mulyani memiliki program untuk mendengarkan aspirasi dari akar rumput, setidaknya hingga level desa dan Sambang Warga.

Dengan program Sambang Warga ini, ia bisa mendengarkan keluh kesah warga, melalui kepala desa terkait dengan permasalahan yang ada di daerah tersebut.

Keluhannya bermacam-macam, mulai dari infrastruktur jalan, sengketa tanah kas desa, juga permohonan bantuan untuk mengembangkan kesenian setempat.

Ia pun mengakui, dirinya tak bisa tinggal diam di kantor, menerima laporan tanpa paham apa yang terjadi di lapangan.

“Saya itu, dalam satu minggu, di lima hari kerja, itu paling dalam sehari hanya 1-2 jam saja di kantor. Kebanyakan kerja saya di lapangan. Saya model perempuan yang tidak bisa duduk manis dan menerima laporan saja,” kata Sri Mulyani di hadapan masyarakat Desa Canan, Kecamatan Wedi, Rabu (6/12/2023).

Dia mengungkap, tujuh tahun lebih menjabat sebagai pemimpin Kabupaten Klaten, membuatnya selalu sigap, apalagi jika kondisi darurat.

“Ada permasalahan apapun, apalagi kalau itu darurat, pasti saya turun, saya cek,” tuturnya.

Yani, begitu ia kerap disapa, menambahkan, program Sambang Warga itu merupakan agenda rutin yang pernah dilakukan Bupati Klaten periode 2005-2010 dan 2010-2015, Sunarna. Kala itu, program tersebut dinamakan Tilik Desa.

Saat Sambang Warga itu, Yani mengajak organisasi perangkat daerah (OPD) yang bisa menyelesaikan problem yang ada di daerah tersebut.

Ia menegaskan, OPD harus mau mencatat dan menyelesaikan permasalahan.

“Pokoknya kepala dinas-kepala dinas ini saya ajak biar bisa mencatat dan menyelesaikan masalahnya apa. Jadi, setelah Sambang Warga, harus ada solusi, jangan sampai terus dibiarin gitu saja (masalahnya),” katanya.

Di tahun 2023 ini, Sambang Warga tak hanya menjadi ajang warga curhat kepada bupati.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved