Cerita Mursito, Pensiunan Pegawai BUMN yang Menekuni Kerajinan Keset Anyam dari Kain Limbah Pabrik

Mursito bercerita usaha kerajinan kesetnya mulai dirintis sejak dua tahun lalu. Tepatnya usai dia memasuki masa pensiun

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Yoseph Hary W
Tribunjogja.com / Dewi Rukmini
Mursito (57), warga Desa Jagalan, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, menunjukkan cara pembuatan dan hasil keset anyam dari kain limbah pabrik, Selasa (23/9/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Purnatugas sebagai pegawai sebuah perusahaan BUMN tak membuat Mursito (57) berhenti berkarya. Warga Desa Jagalan, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah itu justru semakin aktif berkarya menjadi pengrajin keset kaki dengan nama merek Kerajinan Kesed Pak Amung. 

Mursito bercerita usaha kerajinan kesetnya mulai dirintis sejak dua tahun lalu. Tepatnya usai dia memasuki masa pensiun sebagai pegawai perusahaan BUMN. 

"Setelah purnatugas saya ke desa. Tapi di rumah kok bengong terus tidak ada kerjaan. Terus iseng-iseng dikasih info anak soal bikin keset. Jadi coba-coba dan belajar ke pengrajin keset du wilayah Trucuk," ceritanya, Selasa (23/9/2025). 

Dia mengaku hanya membutuhkan waktu sehari saat belajar membuat keset anyaman dari kain perca. Sebab, Mursito sudah memiliki bekal ketrampilan mengayam gedek bambu dari orang tuanya.

"Waktu belajar itu saya hanya belajar satu model pola horizontal. Saya pikir-pikir di wilayah sini antara modal, bahan, sama harga jualnya kok kurang seimbang. Akhirnya saya berinovasi coba bikin model lain dengan bahan sama," ujarnya. 

Akhirnya Mursito membuat keset anyam dengan model pola diagonal atau silang. Keset itu dijual lebih mahal Rp2.000 ketimbang keset ayam pola horizontal. Untuk keset pola horizontal dijual Rp5.000 per potong, sedangkan keset pola silang dibanderol Rp7.000 per potong. Keset tersebut memiliki ukuran 40x60 cm. 

Keset anyam buatan Mursito terbuat dari kain fleece yang diambil dari limbah pabrik pakaian. Dia mendapatkan kain tersebut dari pihak tangan kedua. 

"Kami pilih kain fleece karena punya daya serap air tinggi, tebal, dan lentur, sehingga ketika dipakai jadi keset itu empuk," katanya. 

Proses pembuatan keset anyam tersebut dimulai dengan memotong perca kain fleece sesuai ukuran. Kemudian kain tersebut dianyam menggunakan alat cetak keset berbentuk persegi dengan besi-besi kecil di seluruh sisinya. 

"Kalau modelnya silang, kami anyam dari pojok-pojok (sudut). Untuk proses pembuatan membutuhkan waktu sekitar satu jam-an per unit," tuturnya. 

Setiap hari, Mursito memproduksi keset anyam sekitar 10 unit sampai satu kodi (20 buah). Dia melakukan bisnis sampingan itu bersama keluarganya, termasuk dengan putrinya yang juga membuat lampin atau alas panci anyam dari kain serupa. Alas panci berukuran 15x15 cm itu dijual Rp5.000 isi dua potong. 

"Penjualannya kami hanya melayani pesanan saja. Untuk distribusi kebanyakan masih lokal Klaten. Tapi beberapa teman dan saudara dari luar kota juga kadang pesan. Ada yang dari Yogyakarta dan Cepu di Kabupaten Blora," papar dia. 

"Kalau omzet kami belum bisa menghitung, karena masih merintis," tandasnya. (drm)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved