Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Masyarakat Antusias Saksikan Video Mapping 'Sumonar 2023' di Titik Nol Kilometer Yogyakarta

Main Show Video Mapping Performance dapat disaksikan 1-3 Desember 2023 mulai dari pukul 18.30 WIB secara gratis.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Hanif Suryo
Masyarakat antusias saksikan video mapping 'Sumonar 2023' di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Jumat (1/12/2023) malam. 

Lebih lanjut, Dian mengatakan bahwa Sumonar ini merupakan festival yang sangat dinantikan dan salah satu festival yang menguatkan inovasi dengan pemanfaatan informasi teknologi (IT). 

Pemda DIY melalui Disbud selalu akan memberikan dukungan penuh penyelenggaraan gelaran ini, karena ini menyangkut dengan Visi Misi Gubernur DIY dalam inovasi dan pemanfaatan IT.

"Gelaran Sumonar 2023 menjadi istimewa karena berani mengambil tantangan baru untuk diselenggarakan di Museum Affandi. Kami senantiasa berpikir mendekatkan museum tidak hanya kepada masyarakat tetapi ke berbagai sektor seni dan media untuk menjadi bagian promosi bersama," ujarnya.

Dian menaruh harapan agar Sumonar menjadi festival seni cahaya bergengsi yang kemudian dikenal luas.

Baca juga: Kolaborasi JAFF dan Pehagengsi Hadirkan Festival Film yang Partisipatif

Selain itu, titik - titik pertunjukan Sumonar ini juga mengambil obyek - obyek kebudayaan, salah satunya bangunan heritage.

Hal ini menjadi bagian persinggungan dengan kebudayaan yang sekiranya mampu mendukung festival Sumonar nantinya.

"Festival ini diharapkan mampu berdampak secara luas, menumbuh suburkan ekosistem khususnya seni cahaya di DIY dan tantangan kita untuk menjadi barometer Indonesia. Semoga seni cahaya ini mampu menjadi energi untuk merefleksikan, menggali nilai budaya, tingginya inovasi seni dan menjadi pencerah Yogyakarta yang gaung budayanya tidak pernah padam," harapnya.

Sementara itu, Kurator Sumonar 2023, Ignatia Nilu, ia ingin menjelajahi masa lalu saat menuju masa transisi politik 2024. 

Pada masa lalu, lanjutnya, sejarah memegang posisi penting dalam membangun common sense (akal sehat) atau common goal (tujuan bersama).

Transisi tersebut dimaknai untuk melihat mundur sebagai refraksi masa depan. 

"Melihat sejarah seni rupa indonesia sebagai identitas bangsa. Jejak kesejarahan ini coba kami telusuri melalui karya para maestro seni rupa Indonesia," pungkasnya. ( ADV )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved