Muhammadiyah Dorong Komitmen Generasi Muda di Jogja untuk Atasi Perubahan Iklim

Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dan organisasi, memiliki perhatian penuh terhadap perubahan iklim.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Ir. Muhammad Nurcholis, M.Agr 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Muhammadiyah mendorong komitmen dari generasi muda untuk menanggulangi perubahan iklim, yang dampaknya belakangan ini semakin terasa di berbagai belahan dunia.

Sebab, jika dibiarkan, hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak fatal bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, seperti peningkatan suhu, menurunnya kualitas air bersih, berkurangnya oksigen, peningkatan potensi penyebaran penyakit akibat virus dan bakteri, hingga memicu bencana alam. 

Fenomena itu mengemuka dalam diskusi bertajuk 'Lingkungan Hidup; Kolaborasi Swasta, Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Iklim' yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DIY, di Kota Yogyakarta pada 22 November 2023 lalu.

Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Ir. Muhammad Nurcholis, M.Agr, mengatakan Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dan organisasi, memiliki perhatian penuh terhadap perubahan iklim.

"Bagaimana iklim kita saat ini tidak hanya mempengaruhi flora dan fauna, tapi juga menentukan kesehatan manusia. Butuh aksi nyata untuk menjaga iklim dengan menekan emisi karbon. Kita harus bersama-sama melakukan kolaborasi untuk meningkatkan ketahanan iklim ini," ujarnya.

Menurutnya, Muhammadiyah memiliki komitmen kuat dalam merespons dan mengkaji masalah lingkungan, termasuk yang saat ini sedang ramai, seperti perubahan iklim

Muhammadiyah telah membuat konsep dasar untuk memitigasi laju perubahan iklim agar kedepannya bisa dikendalikan. 

Di samping itu, Nurcholis juga mengajak generasi muda berperan aktif dalam mengatasi perubahan iklim ini, dengan memahami secara praktis penyebab dan dampak-dampaknya.

Terutama mulai melakukan aksi hemat energi dan menggunakan energi non-fosil, seperti matahari, air, angin, biomassa, supaya tidak terlalu cepat dalam mengeksploitasi karbon di bumi. 

"Karena semakin banyak yang dipakai energi fosil, maka semakin banyak karbon yang dikeluarkan dari perut bumi. Anak muda harus paham ini," katanya.

Pembicara lainnya, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan perubahan iklim adalah isu yang harus disadari oleh generasi saat ini, karena menyangkut keberlangsungan bumi. 

Edukasi tentang lingkungan, katanya, harus dilakukan seawal mungkin sehingga mampu mendorong generasi muda untuk berinovasi memitigasi perubahan iklim

"Dengan demikian kita kita bisa memitigasi perubahan iklim secara lebih masif," ungkapnya.

Berbagai upaya dilakukan Danone Indonesia dalam menjaga keberlangsungan lingkungan hidup sebagai bagian dari visi perusahaan, tidak saja disekitar pabrik tetapi juga di tempat lain.

Kemudian, Danone Indonesia sejak 2017 telah mengembangkan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTSA) di beberapa pabrik dan memiliki komitmen untuk menerapkannya di semua pabriknya di Indonesia pada 2025.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved