Rangkuman Pengetahuan Umum
Materi Pelajaran PAI Kelas IX: Syarat, Jenis Harta, dan Orang yang Menerima Zakat Mal
Zakat mal dikeluarkan untuk membersihkan harta yang dimiliki dengan cara memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat islam.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Zakat mal adalah zakat atas harta yang dimiliki oleh seseorang.
Zakat mal dikeluarkan untuk membersihkan harta yang dimiliki dengan cara memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan kadar dan syarat yang telah ditentukan oleh agama.
1. Syarat-Syarat Muzakki (Orang yang Berzakat)
a. Beragama islam
b. Merdeka
c. Harta milik sempurna, atau tidak merupakan pinjaman pihak lain.
d. Harta mencapai satu nisab. Nisab adalah batas minimal jumlah harta sehingga wajib dikeluarkan zakatnya.
e. Sudah 1 (satu) tahun dimiliki.
2. Harta-Harta yang Wajib Dizakatkan

a. Emas dan Perak
Emas dan perak adalah harta yang berharga. Adapun yang wajib dizakatkan adalah harta yang berupa simpanan. Emas dan perak yang disimpan ini wajib dikeluarkan zakatnya bila sudah dimiliki selama satu tahun. Nisabnya yaitu:
- Nisab emas : 93,6 gr. (pendapat lain 85 gr.)
- Nisab perak : 624 gr.
- Kadar zakat keduanya : 2,5 persen
Harta simpanan yang tidak berbentuk emas atau uang yang ditabung juga harus dikeluarkan zakatnya. Besaran nisab dan zakat disamakan dengan nisab dan zakat emas/perak.
Baca juga: Materi Pelajaran PAI Kelas IX: Pengertian, Syarat, dan Ketentuan Zakat Fitrah
b. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah harta yang diperdagangkan. Untuk harta jenis ini disyaratkan sudah setahun dan sudah mencapai satu nisab.
Nisab dihitung dari harta milik sempurna dan tidak termasuk pinjaman kepada pihak lain.
- Nisab : senilai dengan emas 93,6 gr (pendapat lain 85 gr)
- Kadar zakat : 2,5 persen
c. Peternakan
Orang yang memiliki ternak atau piaraan seperti kambing, sapi, kerbau, domba, atau unta harus mengeluarkan zakatnya.
Adapun nisabnya adalah sesuai dengan gambar tabel di bawah ini.

d. Pertanian
Yang dimaksud hasil pertanian adalah khusus memproduksi makanan pokok seperti beras, jagung, sagu, gandum, dan lain-lain.
Zakat untuk jenis harta ini diberikan setiap panen. Jadi, tidak harus menunggu satu tahun dengan ketentuan sebagai berikut.
- Nisab : 750 kg (5 wasaq)
- Kadar zakat : 10 persen (apabila tidak ada tambahan biaya untuk pengairan), 5 % (apabila ada biaya untuk pengairan)
Adapun hasil pertanian/perkebunan yang bukan bahan makanan pokok berupa teh, tembakau, karet, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain.
Perhitungannya disamakan dengan harta perniagaan dan nisabnya senilai dengan harga emas.
e. Rikaz (Harta Temuan)
Harta rikaz adalah harta terpendam yang ditemukan. Harta itu sudah tidak bertuan lagi. Kalau seseorang menemukannya, harta itu menjadi haknya.
Namun tetap harus dikeluarkan zakatnya, yaitu 20 % . Jika harta rikaz ditemukan di Indonesia, kita harus mengikuti ketentuan hukum positif di Indonesia.
Baca juga: Materi Pelajaran Kelas XI: Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Perbankan
3. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq)
a. Fakir, ialah orang yang memiliki harta sangat sedikit, tidak mempunyai pekerjaan, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Miskin, ialah keadaan orang yang mempunyai sedikit harta dan penghasilan, serta tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c. Amil, ialah orang yang mempunyai tugas untuk mengurus zakat mulai dari pengumpulan sampai kepada pembagiannya.
d. Muallaf, ialah orang yang hatinya masih lemah, seperti baru saja masuk Islam. Zakat muallaf ini untuk memantapkan hatinya.
e. Riqab. Pada zaman awal perkembangan Islam, zakat digunakan juga untuk menghapus sistem perbudakan dengan cara memerdekakan budak dari majikannya. Setelah dimerdekakan, budak itu mempunyai kebebasan hidup sebagaimana layaknya.
f. Gharim, ialah orang yang mempunyai banyak hutang. Hutang itu bukan untuk maksiat tetapi untuk kebaikan. Contohnya orang hutang untuk berdagang kemudian bangkrut.
g. Sabilillah, ialah segala usaha yang bertujuan untuk menegakkan agama Allah SWT, seperti pengembangan pendidikan, kesehatan, dakwah, panti asuhan, dan lain-lain.
h. Ibnu Sabil, ialah orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan perjalanan yang dilakukan itu bukan untuk maksiat, seperti menuntut ilmu, berdakwah, silaturrahmi dan lain-lain.
(MG Lia Ika Agustin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.