Harga Komoditas Sayur dan Cabai di DIY Melonjak, Ini Tanggapan Sri Sultan HB X

Sri Sultan HB X pun akan berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan meminta jajarannya untuk mengkaji kenaikan harga

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X saat ditemui awak media di Kompleks Kepatihan, Senin (6/11/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, angkat bicara perihal harga sejumlah bahan kebutuhan pokok yang naik cukup signifikan, terutama komoditas sayuran dan cabai di DIY.

"Mestinya kalau musim kemarau, itu (cabai) bisa panen. Musim hujan yang nggak bisa panen, kan gitu. Harga itu tinggi yang untung pedagang atau petani cabai, saya nggak tahu," kata Sri Sultan HB X, saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Senin (6/11/2023).

Sri Sultan HB X pun akan berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan meminta jajarannya untuk mengkaji kenaikan harga sayuran terutama cabai.

Hal ini sebagai strategi Pemda DIY untuk mencegah inflasi daerah.

"Saya akan minta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mencari tahu penyebab kenaikan harga cabai dan sayuran di pasaran. Kalau inflasinya terlalu tinggi untuk cabai, ya nanti biar TPID yang akan bicara," kata Sri Sultan HB X.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, harga sejumlah bahan kebutuhan pokok naik cukup signifikan terutama pada komoditas sayuran dan cabai.

Seorang pedagang cabai dan sayur mayur di Pasar Beringharjo, Ida Habibah mengungkapkan, sudah 2-3 pekan terakhir komoditas sayuran dan cabai mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

"Harga cabai dalam seminggu terakhir melonjak 5 kali. Sempat ada penurunan, kemudian naik lagi (harganya)," terang Ida Habibah, Senin (6/11/2023).

"Sayur mayur kenaikannya juga sangat signifikan, terutama brokoli, dari harga Rp15 ribu-Rp20 ribu sekarang Rp 35 ribu. Bunga kol yang biasanya Rp 15 ribu, sekarang Rp 25 ribu, sawi sendok dari Rp 8 ribu sekarang Rp 14 ribu. Sekira 80 persen sayur mayur mengalami kenaikan yang sangat signifikan," keluhnya.

Sedangkan untuk komoditas cabai, Ida mengatakan bahwa hampir semua jenis cabai mengalami kenaikan, dari cabai rawit setan, rawit lalap, keriting merah, keriting hijau, teropong hijau-merah.

"Cabai masih di angka Rp 80 ribu untuk hari ini. Kemarin sempat Rp 85 ribu, kemungkinan besok naik lagi," ujarnya.

"Bahkan cabai hijau yang biasanya paling mahal Rp 25 ribu, sekarang menginjak Rp 45-50 ribu," tambahnya.

Menurut Ida, melonjaknya harga sayur dan cabai khususnya di Kota Yogyakarta kemungkinan dipengaruhi pasokan yang berkurang karena cuaca buruk.

"Ini rekor tertinggi. Wong pandemi saja tidak semahal itu. Bahkan saat musim penghujan, tidak semahal itu. Padahal musim penghujan itu ditakuti oleh pedagang juga customer, kenaikan harganya tidak se-ngeri itu," ujarnya.

Saat situasi harga mengalami fluktuasi atau naik, Ida mengatakan, para pedagang mengaku tidak mau berspekulasi atau mengambil resiko terkait stok komoditas jika sewaktu-waktu harga turun drastis atau tidak laku karena konsumen mengurangi pembelian.

"Dari customer paling antisipasinya dengan pengurangan-pengurangan pembelian. Misal biasanya beli 2 kilogram, sekarang hanya beli 1 kilogram," ujarnya.

"Bagi pedagang, omzetnya sama saja. Keuntungan dari harga mahal dan murah, sama saja. Daya beli pembeli juga sama, nggak ada pengaruhnya sebab mereka beli sesuai kebutuhan. Dumeh larang, tak lantas keuntungannya semakin banyak," lanjutnya.

"Bahkan ketika harga tinggi, pedagang tidak terlalu berani berspekulasi. Takutnya harga barangnya tiba-tiba turun, jadi kami membatasi stok. Biasanya stok 20-50 kilogram, sekarang beli separuhnya saja. Kalau kurang nempil kancane," tambahnya.

Ida berharap, kenaikan harga khususnya untuk komoditas sayuran dan cabai tidak berlangsung lama.

"Harapannya supaya ada subsidi untuk para petani, yang akan berpengaruh ke kami (pedagang) juga. Sebab, pernah cabai turun sampai Rp 10 ribu, alasannya karena petani dapat subsidi dari pemerintah. Tapi itu hanya sehari saja, esok harinya naik lagi Rp 10 ribu," kata Ida.

"Kalau ada penurunan harga, ada kenaikan harga pula yang sangat drastis dan teman-teman pedagang sudah hafal. Pedagang seperti dibikin senam jantung sama kenaikan harga cabai," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved