Berita Sleman Hari Ini
Musim Kemarau, Produksi Ikan Budidaya di Sleman Turun Hingga 10 Persen
Musim kemarau yang dibarengi kemunculan fenomena El Nino pada tahun ini berdampak terhadap penyusutan produksi ikan budidaya di wilayah Bumi Sembada.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Musim kemarau yang dibarengi kemunculan fenomena El Nino pada tahun ini berdampak terhadap penyusutan produksi ikan budidaya di wilayah Bumi Sembada.
Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) setempat memperkirakan penyusutan produksi ikan budidaya dikisaran 5 hingga 10 persen.
Kendati demikian, Pemkab Sleman memastikan produksi ikan di wilayahnya tidak sampai menimbulkan defisit.
Baca juga: Ubah Sawah Tadah Hujan Menjadi Sawah Irigasi, PLN Tingkatkan Produktivitas Pertanian Wonogiri
"(Musim kemarau) produksi ikan turun, tapi tidak defisit. Turunnya 5 sampai 10 persen gitu. Tadi saya sampaikan produksi kita 55.000 ton setahun, plus minus gitu ya. Jadi kalau sekarang kemaraunya panjang, kemudian kemarin ada pembudidaya yang menjual cepat jadi ya target panennya pasti agak turun 5-10 persen," kata Kepala DP3 Sleman, Ir. Suparmono, Kamis (2/11/2023).
Jumlah produksi ikan budidaya dari Kabupaten Sleman selama ini menyumbang 60 persen kebutuhan konsumsi ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk itu, kata Suparmono, Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) di Sleman akan digencarkan kembali untuk berbudidaya apabila sudah turun hujan agar dapat mengejar target produksi.
Meksipun, pihaknya tidak menampik jika budidaya ikan mengalami kendala utama di harga pakan yang terus melambung tinggi.
Pembudidaya diimbau menyiasati harga pakan tinggi dengan penggunaan teknologi.
Satu di antaranya menggunakan mikrobabel maupun "Si Budi Dikucir" atau sistem budidaya Ikan dengan sentuhan kincir.
Melalui teknologi tersebut, kepadatan tebar ikan bisa lebih tinggi hingga 40 ekor per meter persegi.
Bahkan, break even pointnya (BEP) bisa ditekan menjadi Rp 19.500 dengan harga jual di kisaran Rp 26.000 per kilogram.
"Jadi kalaupun harga pakan tetap meningkat maka ekosistemnya yang dirubah. Merubah ekosistem bisa menggunakan mikrobabel bisa menggunakan kincir, bisa menggunakan banyak hal, tambahan oksigen dan sebagainya. Penyiasatan dengan teknologi termasuk keterbatasan air saat kemarau itu kan airnya terbatas, caranya gimana? ya dirubah ekosistemnya pakai teknologi. Teknologinya sudah ada," kata dia.
Sementara itu, seorang Budidaya Ikan asal Turi, Wahyu Hidayat mengatakan, budidaya ikan di musim kemarau memang membutuhkan perawatan ekstra.
Sebab perubahan cuaca mendadak dapat menimbulkan ikan stres dan mati.
Tingkat kematian menjadi lebih tinggi. Bahkan jika dirawat secara profesional dan menggunakan sentuhan alat teknologi, tingkat kematian ikan berkisar 5-10 persen dari total ikan yang ditebar.
Jika tanpa alat dan tanpa perawatan kemungkinan bisa jauh lebih tinggi.
"Kalau yang budidaya awam kan taunya ikan di tebar, kasih makan dan panen. Padahal butuh perawatan terus, pengawasan di malam hari juga dilakukan. Bahkan itu sangat pengaruh. Jika memberikan makan diamati, nafsu makan ikan seperti apa. Jika nafsu makan menurun maka pakan jangan ditambah tapi porsinya dikurangi karena bisa menjadi racun. Musim kemarau lebih ekstra hati-hati, dengan mengurangi kepadatan," kata dia. (rif)
| Puting Beliung Melanda Condongcatur Sleman, Sejumlah Rumah Warga Rusak |   | 
|---|
| Keterangan Polisi soal Kecelakaan Beruntun di Sleman Hari Ini, Kerugian Ditaksir Rp 155 Juta |   | 
|---|
| CERITA Fajarwati yang Kelak Tidak Akan Tidur di Bekas Kandang Sapi Lagi |   | 
|---|
| Sambut Natal, 20 Gereja di Sleman Jadi Prioritas Pengamanan Polisi |   | 
|---|
| Ibu-ibu di Yogyakarta Diajak Cerdas Kelola Keuangan dan Emosional |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.