Intelijen Korsel Sebut Korea Utara Pasok 1 Juta Peluru Artileri ke Rusia

Peluru artileri kiriman dari Korea Utara itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Kim Jong Un dengan Vladimir Putin beberapa waktu yang lalu.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
KCNA/KNS via AFP
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu (kanan) saat berkunjung ke Vladivostok, wilayah Primorsky, Rusia, Sabtu (16/9/2023). Foto ini dirilis oleh kantor berita Pemerintah Korea Utara KCNA pada Minggu (17/9/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS) mendapatkan informasi kalau Korea Utara sudah mengirimkan lebih dari 1 juta peluru artileri ke Rusia.

Peluru artileri kiriman dari Korea Utara itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Kim Jong Un dengan Vladimir Putin beberapa waktu yang lalu.

Jutaan peluru artileri ini menurut NIS dikirimkan sepuluh kali sejak Agustus lalu.

Sebagai imbalan dari pasokan peluru artileri ini, Rusia disebut akan memberikan saran teknis untuk mengenai cara meluncurkan satelit pengintaian militer.

Dikutip dari Kompas.com, anggota parlemen Korea Selatan Yoo Sang-bum pada Rabu (1/11/2023) menyebut peluru artileri dari Korea Utara itu akan digunakan Rusia untuk perang melawan Ukraina.

Sementara pihak Rusia memberikan imbalan terkait dengan teknologi satelit.

Menurut Yoo Sang-bum, informasi soal pengiriman jutaan peluru artileri ini merupakan data dari NIS.

Dimana NIS dalam audit parlemen tertutup pada Rabu mengemukakan, Korea Utara setidaknya sudah melakukan sepuluh pengiriman senjata ke Rusia sejak Agustus 2023.

“NIS mengetahui lebih dari satu juta peluru artileri telah dikirim,” kata anggota parlemen Yoo kepada wartawan setelah audit, dikutip dari kantor berita AFP.

Baca juga: Akhir Cerita Pengantin Baru di Bogor yang Kabur dari Rumah, Ternyata Ngekos di Dekat Rumah Suami

“Menurut analisis itu cukup untuk sekitar dua bulan perang Rusia-Ukraina,” tambah Yoo.

Sebagai imbalannya, masih kata Yoo, Korea Utara tampaknya menerima saran teknis dari Rusia mengenai cara meluncurkan satelit pengintaian militer.

Setelah upaya kedua gagal pada Agustus 2023, Pyongyang berencana melakukan peluncuran satelit ketiga pada Oktober tetapi belum terwujud.

“Meski tanggal peluncuran pada Oktober ditunda, persiapan akhir seperti inspeksi mesin dan perangkat peluncuran berjalan lancar,” papar Yoo.

“Tampaknya Korea Utara mendapat saran teknis dari Rusia, jadi kami memperkirakan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.”

Rusia dan Korea Utara adalah dua negara bersekutu secara historis tetapi sama-sama terkena sanksi dunia, masing-masing atas invasi ke Ukraina dan uji coba senjata nuklir.

Sebelumnya, pemimpin kedua negara yaitu Kim Jong Un dan Vladimir Putin bertemu di timur jauh Rusia pada September 2023.

Amerika Serikat (AS) kemudian mengeklaim Korut mulai menyuplai senjata ke Moskwa.

AS pada Oktober 2023 mengeklaim pengiriman senjata dari Pyongyang ke Moskwa sedang berlangsung, berupa 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir.

Korsel, Jepang, dan AS pekan lalu mengelurkan pernyataan bersama yang mengecam keras pasokan senjata Korea Utara ke Rusia.

Kim Jong Un saat melawat ke Rusia pada September 2023 menyatakan, hubungan bilateral dengan negara tetangganya itu adalah prioritas nomor satu bagi Korea Utara dan Pyongyang adalah pendukung kuat invasi ke Ukraina. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved