Meski Sempat Anjlok, Nilai NFT Termasuk Bitcoin Diprediksi Akan Meningkat dan Tetap Menjanjikan

“Saat ini market cap bitcoin baru US$ 1 triliun, sedangkan ini asetnya ada 10 triliun. Bayangkan kalau BlackRock bisa masuk, ini bisa tambah besar

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Santo Ari
Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal 

TRIBUNJOGJA.COM - Anjloknya nilai Non-fungible Token (NFT) sejak beberapa bulan berakhir bukan berarti akan tamat juga era aset digital tersebut.

Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal mengatakan bahwa untuk melihat pergerakan NFT harus dari dua sisi, yakni sisi teknologi dan utilitas.  

“Kalau dari sisi teknologi tidak mungkin mati, karena teknologi NFT akan terus ada, dan utility juga akan berkembang,” ujarnya saat dikonfirmasi Sabtu (21/10/2023).

Di tahun 2022, kebanyakan teknologi NFT banyak digunakan ke arah kesenian. NFT telah memecahkan masalah yang dihadapi seniman seperti hak cipta dan market yang terbatas.  

Baca juga: Golkar Resmi Usung Gibran jadi Bacawapres Prabowo Subianto

“Tapi kemudian, setelah mencapai peak, karena belum ada pengembangan utilitas baru kemudian harga menjadi mature dan marketnya kalibrasi, itu biasa,” katanya.

Ketika pasar NFT baru dibuka, banyak orang  tertarik di masa-masa awal. 

Dan saat ini Iqbal mengatakan bahwa pasar NFT sedang dalam masa kalibrasi.

“NFT sedang mencoba menemukan potensi dan utilitas baru,” katanya.

Terkait utilitas, ia menilai bahwa selain untuk kebutuhan aset seni, NFT juga bisa digunakan untuk sertifikat kepemilikan benda-benda di dunia nyata, seperti tanah, mobil bahkan tiket konser juga bisa menggunakan NFT.  

Hanya saja, sampai saat ini belum ada utilitas sampai ke arah sana.  

“Jadi ke depan secara teknologi NFT akan terus ada, cuma utilitas bakal sangat fluktuatif karena tergantung penerimaan pasar dan trend,” katanya.

Ia merasa optimis NFT akan dapat berkembang. Terkait aset digital sendiri, hal ini tak lepas dari bitcoin yang merupakan jenis dari investasi kripto.

“Di kripto sendiri banyak pengaruhnya, dan karena industri global jadi pengaruh terhadap harga atas permintaan dan penawaran dari industri  sendiri. Misal kondisi timur tengah yang mempengaruhi harga kripto,” ungkapnya.

Meski demikian, Iqbal menilai bahwa ke depannya berinvestasi di kripto masih sangat menjanjikan.

Pasalnya, isu terbaru saat ini adalah BlackRock yang merupakan salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia dengan dana kelolaan US$10 triliun, tengah mempersiapkan ETF Bitcoin.
 
“Saat ini market cap bitcoin baru US$ 1 triliun, sedangkan ini asetnya ada 10 triliun. Bayangkan kalau BlackRock bisa masuk, ini bisa tambah besar lagi market cap-nya,” katanya.

“Jadi semakin banyak orang bertransaksi di kripto, utilitas makin besar, tentu ini kesempatan bagi industri ini untuk terus berkembang,” imbuhnya.

Selain itu di tahun depan, juga akan ada Bitcoin Halving yang merupakan peristiwa ketika imbal hasil untuk menambang transaksi bitcoin dipotong setengahnya atau 50 persen.

Tujuannya yakni untuk menjaga nilai BTC & mengontrol jumlah BTC yang beredar. Iqbal menyebut bahwa ini adalah siklus empat tahunan bitcoin.  
 
“Dan biasanya kenaikan harga bitcoin akan jadi index bagi aset-aset kripto lainnya, termasuk NFT,” tandasnya.

Sebagai upaya untuk mengenalkan dunia aset digital kepada masyarakat, terkhusus kalangan anak muda, pihaknya pun telah menggelar Web3 On Campus : Universitas Gadjah Mada pada Jumat (20/10/2023) kemarin di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

“Kami berikan edukasi agar mahasiswa dapat familiar dengan teknologinya sendiri, memahami apa itu aset kripto, bagaimana berinvestasi kripto, keuntungannya dan sebagainya,” tandasnya. (nto)  

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved