Ini Faktor Pemicu Maag yang Justru Sering Diabaikan

Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada menyatakan setidaknya terdapat tiga faktor yang sering diabaikan oleh orang yang memiliki penyakit maag

Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
net
ILUSTRASI - Sakit Maag 

TRIBUJOGJA.COM - Maag (dalam bahasa medis disebut dispepsia) merupakan kumpulan gejala yang mengarah pada gangguan saluran pencernaan atas.

Gejala tersebut seperti sensasi nyeri dan sensasi terbakar pada perut bagian atas, cepat kenyang, atau kembung.

Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan setidaknya terdapat tiga faktor yang sering diabaikan oleh orang yang memiliki penyakit maag.

Padahal ketiga faktor tersebut jugalah yang sering menjadi alasan dispepsia terus menyertai keseharian kita.

1. Mengonsumsi makanan pedas

Rasa pedas adalah hal wajib di setiap makanan Indonesia. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa mengkonsumsi makanan pedas yang berlebihan justru dapat memicu sakit perut pada beberapa orang.

Satu studi secara khusus menyoroti bahwa terlalu sering mengkonsumsi makanan pedas dapat memicu gejala gastrointestinal bagian atas.

Baca juga: Gen Z hingga Baby Boomers Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Simak Tips Pencegahannya

2. Telat Makan

Telat makan adalah kebiasaan yang sering terjadi pada kebanyakan orang. Terlihat sepele, tetapi sangat berdampak pada kesehatan tubuh.

Apabila kita makan setelah lambung dikosongkan dalam waktu yang lama, akan terjadi gejala nyeri hebat yang menjalar hingga ke ulu hati dan menyebabkan luka atau iritasi yang ditimbulkan cairan lambung pada mukosa lambung.

Dalam Journal of the American Medical Association, waktu makan dapat menjadi penyebab berkembangnya penyakit maag karena dapat berkontribusi meningkatkan beban asam duodenum atau usus 12 jari yang dapat memperburuk gejala.

3. Stress

Stres memang kondisi yang sulit untuk dikendalikan karena datang sebagai reaksi tubuh terhadap tantangan dan tekanan yang muncul tanpa kita inginkan.

Stres menjadi faktor perubahan psikologis yang berkaitan dengan penyakit dan gejala gastrointestinal. Tubuh akan mengaktifkan sistem saraf sebagai reaksi perlawanan untuk mencapai keseimbangan fisik dan psikologis.

Namun, ketika stres muncul, aktivasi tersebut dapat terhambat hingga menyebabkan penyakit.

Paparan stres psikologis menyebabkan perubahan dalam interaksi otak-usus yang pada akhirnya mengarah pada perkembangan gangguan saluran pencernaan, termasuk gangguan gastrointestinal fungsional.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved