Ini Alasan Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak

Makin panjang dan berat rangkaian KA, maka jarak yang dibutuhkan untuk kereta api dapat benar-benar berhenti juga akan semakin panjang

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tangkapan layar via Tribunnews
Kecelakaan kereta api dan truk trailer di Jalan Madukoro, Kota Semarang pada Selasa (18/7/2023). 

Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.

Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.

Walaupun dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.

Ren ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.

Mengingat KA di Indonesia memakai sistem pengereman udara, maka rumus yang dipakai adalah rumus meiden.

Dari hal tersebut, simulasi jarak yang dibutuhkan lokomotif untuk berhenti yakni :

120 km/jam - 860 meter
110 km/jam - 750 meter
100 km/jam - 505 meter
90 km/jam - 480 meter
80 km/jam - 379 meter

70 km/jam - 336 meter
60 km/jam - 221 meter
50 km/jam - 157 meter
45 km/jam - 132 meter

Perhitungan tersebut adalah simulasi di wilayah Daerah Operasi 8 Surabaya.

Perhitungan dapat berbeda, tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi jarak pengereman.

Faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman :

1. Kecepatan kereta api (semakin tinggi kecepatan kereta api maka semakin panjang jarak pengereman).

2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel.

3. Persentase gaya pengereman.

4. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang).

5. jenis rem (blok komposit/blok besi cor).

6. kondisi cuaca.

(tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved