Puisi Joko Pinurbo
Puisi Koma Joko Pinurbo: Menjelang dinihari pengarang itu mati Kepalanya terkulai di atas meja
Puisi Koma Joko Pinurbo: Menjelang dinihari pengarang itu mati Kepalanya terkulai di atas meja
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Puisi Koma Joko Pinurbo
Menjelang dinihari pengarang itu mati. Kepalanya terkulai di atas meja, batuknya serasa
masih menggema, sementara rokok yang belum habis dihisapnya masih menyala di atas
asbak. Tubuhnya babak belur sehabis semalaman duel seru melawan komplotan kata:
duel satu lawan satu maupun satu lawan dua, lima, sepuluh, pokoknya banyak. Di layar
komputernya tertera tulisan: Kutunggu lagi kalian besok malam. Boleh satu lawan satu,
boleh keroyokan.
Besoknya ia datang lagi ke gelanggang. Ia pikir malam itu ia akan berhadapan dengan
komplotan kata yang lebih preman. Tak tahunya cuma ditantang sebuah tanda koma yang
berani-beraninya muncul sendirian. Ah, itu sih kecil. Sekali pukul saja pasti terpental.
Wow, ia salah duga. Koma ternyata sangat perkasa. Sudah bertarung semalam suntuk,
belum juga ia takluk. Malah makin mbeling saja. Bukan main cerdiknya. “Belajar silat di
mana, dik? Di sekolah ya?” tanya pengarang. “Ah, tidak. Saya otodidak saja,” jawab
koma.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.