Puisi Joko Pinurbo

Puisi Jam Joko Pinurbo: Satu-satunya barang berharga yang masih tersisa di rumahnya adalah jam

Puisi Jam Joko Pinurbo: Satu-satunya barang berharga yang masih tersisa di rumahnya adalah jam

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Tribun Jogja
Sastrawan joko pinurbo membacakan pusisi untuk Udin. Puisi Jam Joko Pinurbo: Satu-satunya barang berharga yang masih tersisa di rumahnya adalah jam 

Puisi Jam Joko Pinurbo


Satu-satunya barang berharga yang masih tersisa di rumahnya adalah jam. Jam dinding

peninggalan kakeknya yang sengaja ia pasang di ruang tamu supaya setiap orang yang

datang bertandang bisa ikut mengagumi waktu. Tiap jam dua belas malam jam itu

berdentang dua belas kali.

Ia sangat sayang kepada jamnya hingga mati-matian mempertahankannya meskipun

sudah banyak orang ingin membelinya. Setiap meninggalkan rumah, ia tak pernah lupa

pamitan, “Jam, aku pergi dulu ya!” Dan hanya jamnya yang ia rindukan bila ia pergi jauh

dan lama ke luar kota. Teringat jam, ia teringat almarhum kakeknya yang punya hobi

bongkar-pasang jam sampai matanya minus delapan.

Mewah sekali rasanya duduk santai di bawah jam di malam hujan sembari merokok dan

baca koran, mendengarkan dua belas dentang jam, mengenang yang telah silam,

membayangkan yang bukan-bukan sambil senyum-senyum (dan, kalau perlu, menangis)

sendirian, kemudian tertidur di sandaran kursi sampai saat terdengar kumandang adzan.

Hari itu ia pulang dari kelilang-keliling di luar negeri: cari uang, cari pacar, cari gengsi,

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved