Berita Jogja Hari Ini

Keraton Yogyakarta Ungkap Alasan Dibalik Larangan Menerbangkan Drone Selama Garebeg Maulud

Pesawat nirawak atau drone dilarang terbang di area Keraton Yogyakarta selama prosesi Garebeg Maulud yang rencananya akan digelar pada

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
KOMPAS.COM / KRISTIANTO PURNOMO
ILUSTRASI Drone atau pesawat tanpa awak 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pesawat nirawak atau drone dilarang terbang di area Keraton Yogyakarta selama prosesi Garebeg Maulud yang rencananya akan digelar pada Kamis (28/9/2023) mendatang.

Keraton Yogyakarta sendiri telah memberlakukan no fly zone di Kawasan Keraton Yogyakarta selama prosesi sekaten hingga satu pekan ke depan.

Artinya, masyarakat dilarang untuk menerbangkan drone dan sejenisnya 0-150 meter dari permukaan tanah (0-492 feet AGL). 

Baca juga: Milad ke-7, Hotel Unisi Yogyakarta Syariah Usung Tagline Your Comfort Our Passion

Hal ini dilakukan guna mendukung kelancaran seluruh prosesi, sekaligus memberikan penghormatan terhadap jalannya Hajad Dalem dan ubarampe yang dibagikan sebagai perlambang sedekah raja. 

Hal ini juga sesuai dengan Nomor NOTAM B1833/23 NOTAMN yang diterbitkan AirNav Indonesia.

Tepas Tanda Yekti Kraton Ngayogyakarta, KMT Tirtawijaya menuturkan, suara drone dikhawatirkan akan mengganggu gajah yang mengikuti upacara garebeg.

Hal itu berdasarkan keterangan dari pawang gajah yang menyatakan hewan jumbo itu terganggu dengan suara mendengung dari drone ketika diterbangkan.

Gajah yang merasa tak nyaman dikhawatirkan akan mengamuk sehingga membahayakan para penonton.

"Sangat terganggu gajah kalau dengar suara drone. Seperti kumbang suaranya jadi bikin gajah tidak nyaman. Itu informasi dari pawang gajahnya," jelasnya dalam jumpa pers pelaksanaan Garebeg Maulud di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (22/9/2023).

Keraton Yogyakarta di tahun ini akan melibatkan dua ekor gajah untuk mengawal gunungan selama prosesi Garebeg Maulud

Gajah tersebut akan berjalan bersama bregodo dari wilayah kraton ke Puro Pakualaman.

"Memang kemarin rencananya ada 4 gajah untuk iring-iringan, tapi pertimbangan karena khususnya yang mengarah Malioboro takutnya kalau misal ada apa-apa nanti masyarakatnya terdampak lebih besar, maka diputuskan gajah hanya 2 menuju Puro Pakualaman," jelasnya.

Selain itu masyarakat juga diminta untuk tidak membuka payung selama prosesi garebeg untuk menjaga kondusifitas.

Karena dikhawatirkan kuda yang mengikuti garebeg merasa tak nyaman dan panik.

"Kuda takut payung jangan sampai ada yang membuka payung, kuda sangat takut dengan lingkaran payung," katanya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved