Penemuan Jasad Bayi di Berbah

Geger Penemuan Mayat Bayi Kembar di Sleman, Ini Kata Pakar Psikologi UGM

Maraknya pembuangan bayi disebabkan beberapa faktor terutama terbukanya akses informasi.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Kapolsek Berbah Kompol Parliska Febrihanoto melakukan evakuasi dua mayat bayi berjenis kelamin perempuan yang ditemukan di sungai Buntung, Dusun Krasakan, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Kamis (14/9/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM - Penemuan dua mayat bayi berjenis kelamin perempuan yang mengambang di aliran sungai Buntung, Dusun Krasakan, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman , menggegerkan warga, Kamis (14/9/2023). 

Saat ditemukan, mayat dua bayi yang diduga kembar ini ditemukan lengkap bersama ari-ari ini diduga dibuang. 

Sekadar informasi, kasus temuan bayi,--yang diduga sengaja dibuang--, marak terjadi di Kabupaten Sleman

Sepanjang Januari hingga Agustus 2023 tercatat ada 7 kasus temuan bayi di Bumi Sembada. 

Jumlah tersebut belum termasuk dua mayat bayi berjenis kelamin perempuan yang ditemukan mengambang di aliran sungai Buntung Berbah hari ini.

Baca juga: BREAKING NEWS: Mayat Dua Bayi Ditemukan di Berbah Sleman

Jika dua bayi kembar itu ditambahkan maka totalnya menjadi 9 bayi hingga pertengahan September ini.

Pakar Psikologi Universitas Gadjah Mada ( UGM ), Koentjoro mengatakan, maraknya pembuangan bayi disebabkan beberapa faktor terutama terbukanya akses informasi.

"Dengan informasi yang semakin terbuka, orang itu kemudian akses membuka HP demikian luar biasa. Banyak diantara mereka, cewek-cewek yang masih muda atau laki-laki yang masih muda, mereka itu kemudian terjebak dengan film-film atau gambar porno gambar yang ada di internet tanpa terkontrol," kata Koentjoro kepada Tribunjogja.com , Jumat (15/9/2023).

"Itu membuat mereka semacam readyness,  kalau mereka belum matang, bahasa Jawanya brongot (membakar-red), pemasakan seksualnya semakin cepat. Tapi kalau misalnya mereka belum siap, dia itu menjadi readyness, kalau perempuan matang atau laki-laki itu matang itu ibaratnya seperti musim sekarang, diobong sithik langsung cepet kobong," lanjutnya.

"Jadi seks itu dalam dirinya membuat fantasi, memunculkan keinginan yang bermacam-macam," tambahnya.

Selain keterbukaan akses informasi, lanjut Koentjoro, seandainya hal tersebut dilakukan oleh orang yang berpacaran, menurutnya yang paling dikasihani adalah pihak perempuan.

Sebab ketika bicara soal seks, yang jadi korban selalu pihak perempuan.

"Nanti kalau kemudian (pelaku) ini terungkap, yang akan dihukum pasti perempuan sementara laki-laki bisa mengelak. Jadi saran saya, pendidikan seka untuk perempuan itu perlu, bukan bagaimana berhubungan seks tetapi bagaimana mengelola seks dalam diri kita," kata Koentjoro.

Menurutnya, pendidikan seks harus diberikan secara continue sejak anak berusia 2-3 tahun.

"Misal sejak kecil diberikan pemahaman pada anak, bahwa tidak boleh sembarang orang memegang alat kelaminnya. Itu salah satu bentuk pendidikan seks. Kemudian, ketika anak beranjar remaja diberikan pemahaman soal menstruasi dan mimpi basah," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved