Berita Jogja Hari Ini

Asita Didorong untuk Melakukan Transformasi Digital

Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) ke 4 di The Alana Hotel & Conversation Center

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) ke 4 di The Alana Hotel & Conversation Center Yogyakarta, Selasa (29/08/2023). 

Ketua Panitia Rakernas Asita, Edwin Ismedi Himna menyebut Rakernas ke 4 ini dihadiri oleh 24 DPD se-Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Papua. 

Pada Rakernas ini, Asita didorong untuk bertransformasi digital, sebab saat ini wisatawan sudah mulai beralih dari konvensional ke digital. 

Baca juga: Lirik Lagu dan Terjemahan Luv Luv Luv Sung Han Bin ZEROBASEONE feat Jo Yuri OST My Lovely Liar

"Memang tipe wisatawan saat ini sudah beralih dari konvensional ke digital. Mulai reservasi melalui online, mempelajari destinasi mulai online, dulu banyak yang by phone. Pembelian juga seperti itu. Sehingga travel agent sebagai pelaku wisata juga harus mengikuti itu," katanya di sela Rakernas Asita ke 4. 

Ia menyebut masih ada anggota Asita yang belum memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Untuk itu, pihaknya memberikan pelatihan, edukasi, dan lainnya. Sehingga anggota Asita yang melek teknologi semakin banyak. 

Namun tidak sepenuhnya layanan Asita beralih ke digital. Terutama dalam melayani wisatawan rombongan lebih dari 10 orang. 

"Karena kan kita melayani orang, kita nggak bisa kalau kemudian sepenuhnya beralih ke online. Karena masih perlu komunikasi, terutama wisatawan yang rombongan," lanjutnya. 

Selain digitalisasi, wisatawan yang melakukan perjalanan secara mandiri juga menjadi tantangan tersendiri bagi Asita. Meski begitu, Edwin optimis Asita masih dibutuhkan. Apalagi potensi wisatawan yang bersifat grup masih besar. 

"Backpacker ini memang menjadi ancaman, tetapi kami tidak terlalu khawatir. Karena wisatawan grup ini masih besar, masih membutuhkan lokal operator. Seperti family gathering atau korporasi," ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo mengungkapkan salah satu tantangan global adalah teknologi yang semakin maju. Sehingga infromasi lebih mudah didapatkan. 

"Asita perlu beradaptasi, dengan mengembangkan story telling destinasi. Inovasi juga diperlukan, yang sesuai dengan karakter dari wisatawan. Misalnya paket wisata yang kemudian diblended dengan narasi story telling secara digital, sehingga Asita bisa eksis," ungkapnya. 

Singgih mengakui ada perubahan tren wisatawan kelompok besar menjadi kelompok kecil, seperti pasangan, atau keluarga. Menurut dia, Asita harus melayani kelompok kecil ini. 

"Karena ini adalah premium quality tourism. Kalau dulu memang mengandalkan kelompok besar, tetapi kalau sekarang harus berani bikin paket-paket kecil. Sehingga wisatawan yang datang nggak cuma foto, makan, pulang. Tetapi kemudian bagaimana Asita memeberikan pengalaman mendalam. Dan ini bisa menambah lama tinggal wisatawan," imbuhnya. (maw) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved