ADVERTORIAL

DP3AP2 DIY : Salah Pola Asuh Bisa Jadi Penyebab Toxic Family

Toxic family cenderung saling menyakiti, baik fisik maupun non fisik. Anggota keluarga juga tidak saling mendukung, malah saling menjatuhkan.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi (kiri) dan Komisi D DPRD DIY, Rita Nur Mastuti (kanan) berbincang mengenai toxic family dalam Family Talk 

"Nah kalau sudah coba komunikasi, ternyata di dalam keluarga tidak selesai, ya coba minta tolong orang lain. Bisa pakde budhe, atau siapapun  yang dianggap bijaksana. Kalau masih belum berhasil ya coba ke profesional, kami juga ada pusat pembelajaran keluarga,"sambungnya. 

Komisi D DPRD DIY, Rita Nur Mastuti mengungkapkan anak adalah anggota keluarga yang paling merasakan dampak dari toxic family sehingga ia mendorong agar masyarakat merencanakan pernikahan. 

Baca juga: DP3AP2 DIY Catat Ada 654 Kasus Kekerasan Pada Perempuan dan Anak di DI Yogyakarta

"Membentuk keluarga harus direncanakan, siap mentalnya, harus berkomitmen. Ada dua orang berbeda yang disatukan dal keluarga. Diharapkan nanti memiliki keturunan. Harus bisa menerima kekurangan, sehingga tidak menyakiti verbal maupun fisik. Karena berpengaruh dalam keluarga dan keturunannya," ungkapnya. 

"Dampaknya untuk anak, bisa jadi kreativitasnya terhambat, takut berbuat sesuatu. Karena selama ini perbuatannya dianggap salah. Tentu anak ini jadi tidak berkembang dengan baik," tandasnya.

Rita menyebut toxic family juga bisa terjadi jika keluarga itu tidak mandiri dan mendapat intervensi dari pihak luar sehingga komitmen dan kesamaan visi misi, hingga pola asuh antara suami dan istri sangat penting. 

Komunikasi juga menjadi faktor penting agar terhindar dari toxic family.

Namun yang paling utama adalah menyadari kekurangan diri, mau menerima kekurangan anggota keluarga, dan mengapresiasi kelebihan anggota keluarga

"Sehingga akan tercipta komunikasi yang baik, mau mengevaluasi diri. Karena semua bisa jadi pelaku toxic juga lho. Makanya menerima kekurangan dan kelebihan anggota keluarga itu penting, sehingga bisa berbenah, dan keluarga bisa lebih bahagia dan berkembang," imbuhnya. ( Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved