Untidar Magelang Berhasil Pecahkan Rekor MURI Merangkai Pothil Terpanjang 1.095 Meter

Dalam pemecahan Rekor MURI ini, kurang lebih menggunakan 150 kilogram Pothil yang diperoleh dari produk UMKM di Magelang.

Dok. Istimewa
Universitas Tidar (Untidar) Magelang berhasil pecahkan Rekor MURI merangkai Pothil terpanjang sepanjang 1.095 Meter 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Universitas Tidar (Untidar) Magelang berhasil  rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam merangkai Pothil Terpanjang yang dilaksanakan pada  Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Tidar, di SMA Negeri 5 Magelang, Rabu (9/8/2023). 

Kegiatan ini diikuti 686 peserta yang terdiri dari 682 mahasiswa dan 4 pimpinan universitas yaitu Rektor, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Umum; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, serta Dekan Fakultas Pertanian berhasil membentangkan pothil sepanjang 1.095 meter.

Masing-masing peserta membentangkan Pothil yang dirangkai sepanjang 1,5 meter.

Pothil dirangkai dalam sebuah plastik memanjang sehingga menjaga kehigienisan dan bisa dinikmati masing-masing peserta setelah acara selesai.

Dalam pemecahan Rekor MURI ini, kurang lebih menggunakan 150 kilogram Pothil yang diperoleh dari produk UMKM di Magelang.

Senada dengan tema PKKMB Universitas yaitu mengembangkan muatan lokal sebagai landasan mencapai prestasi global, salah satu tujuan pemecahan rekor MURI ada PKKMB Faperta kali ini adalah mengangkat pothil sebagai makanan khas Magelang agar dikenal secara nasional bahkan global.

“Olahan ubi kayu seperti getuk atau slondok mungkin sudah banyak dikenal, tapi Pothil mungkin bagi yang dari luar Magelang saja belum tahu. Harapannya Pothil semakin terkenal, khususnya sebagai makanan khas bagian dari kekayaan Magelang,” tutur Rektor Untidar, Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.

Rektor juga menyampaikan bahwa Untidar khususnya Faperta juga sedang konsen untuk membuat sebuah penelitian terkait singkong yang menjadi bahan utama pembuatan pothil.

“Tepatnya di Bandongan Teaching farm sedang dikembangkan puluhan varietas ubi kayu. Penelitian terus dikembangkan untuk menemukan varietas ubi seperti apa yang paling cocok dijadikan pothil, slondok, getuk atau tepung,” tambah Dekan Faperta, Dr. Ir. Joko Sutrisno, M.P.

Saat ini, Faperta Untidar memiliki koleksi tanaman singkong sejumlah 150 varietas.

Mahasiswa dan dosen melakukan penelitian bersama mengembangkan bibit unggul varietas singkong lokal. 

Tanaman singkong merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup berpotensi untuk dikembangkan.

Produktivitas singkong di Indonesia tergolong cukup tinggi dan Indonesia masuk ke dalam golongan 10 besar negara penghasil singkong tertinggi di dunia.

Singkong banyak dibudidayakan di negara Indonesia dikarenakan kandungan karbohidratnya dapat dijadikan sebagai makanan pokok alternatif pengganti nasi.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved