Advetorial
Kehadiran Food Bank sebagai Upaya Entaskan Stunting di Kalurahan Bugel Kulon Progo
Ketua Food Bank Bugel, Isyanti menyampaikan, keberadaan food bank sebagai perantara dari para donatur yang ingin menyumbangkan uang maupun barang
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Tingginya kasus stunting sekarang ini masih menjadi persoalan bagi pemerintah.
Namun, hadirnya Food Bank atau Bank Lumbung Pangan (Balungan) di Kalurahan Bugel, Kabupaten Kulon Progo sebagai bukti nyata pemerintah maupun masyarakat peduli terhadap kekerdilan pada anak.
Adanya food bank diharapkan bisa mengentaskan persoalan stunting di Kalurahan Bugel yang masih di angka 11 persen.
Baca juga: Pengadilan Agama Bantul Raih Penghargaan Lembaga Peradilan Terbaik dalam Memberi Layanan Disabilitas
Ketua Food Bank Bugel, Isyanti menyampaikan, keberadaan food bank sebagai perantara dari para donatur yang ingin menyumbangkan uang maupun barang terhadap sasaran yang berisiko stunting seperti balita maupun ibu hamil (bumil) yang kekurangan energi kronis (KEK). Bantuan berupa uang akan dibelanjakan barang berupa telur maupun bahan makanan untuk dimasak.
Peluncuran food bank di Kalurahan Bugel dilakukan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) RI pada 6 Mei 2023.
Namun sebenarnya, kegiatan serupa sudah berjalan di wilayah itu sejak 2022 lalu.
"Jadi sudah berjalan sebelumnya namun belum ada istilah food bank. Dulu belum menggandeng masyarakat maupun wirausaha untuk berkontribusi melainkan hanya dari pemerintah kalurahan," tuturnya saat ditemui, Kamis (10/8/2023).
Sekarang ini, sekretariat food bank Bugel telah melibatkan berbagai donatur agar turut berkontribusi.
Karena mayoritas masyarakat di Kalurahan Bugel bermata-pencaharian sebagai petani maka food bank kerap kali menerima beras, sayur mayur dan buah. Serta, terdapat bantuan telur dan ikan dari peternak.
Food Bank Bugel juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kalurahan (Pemkal) setempat. Dalam rangka pengentasan stunting, food bank Bugel mendapat anggaran sekitar Rp 8-10 Juta setiap tahunnya.
Disampaikan Isyanti, pengelolaan di food bank Bugel melibatkan enam kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT), Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) kapanewon, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) kalurahan dan tenaga kesehatan (nakes).
"Namun mereka tidak hanya mengintervensi anak risiko stunting tapi juga bumil yang KEK. Karena stunting tidak hanya terdapat pada anak melainkan sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK)," ucapnya.
Isyanti menyebut, terdapat dua cara pendistribusian makanan dari food bank Bugel kepada sasaran.
Pertama, kader dashat mengantarkan langsung ke penerima. Kedua, sebulan sekali mengundang sasaran agar datang ke sekretariat food bank.
"Kedatangan sasaran ke food bank sekaligus kita hadirkan nakes untuk monitoring perkembangan si kecil atau bumil. Dengan melakukan validasi pengukuran sehingga didapatkan hasil yang valid," kata Isyanti.
Dengan demikian, adanya food bank menurutnya sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama keluarga yang kurang mampu.
Terlebih, kasus stunting tidak hanya disebabkan faktor ekonomi melainkan pola asuh yang salah.
Oleh karena itu, ia berharap, keterlibatan masyarakat maupun pemerintah semakin meningkat demi keberlangsungan food bank Bugel yang tergolong baru.
Sehingga dapat menurunkan satu digit bahkan zero stunting di Kalurahan Bugel.
Serta ada aksi daerah yang mendukung secara langsung kegiatan tersebut.
Sementara itu, Kamituwa Kalurahan Bugel, Sutyaslaksana mengatakan, tahun ini, Pemkal Bugel telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 10 juta untuk pengentasan kemiskinan.
Harapannya, angka stunting di wilayahnya berkurang.
Tahun ini, kasus stunting di Kalurahan Bugel di angka 11 persen atau 25 anak dari total 240 anak di wilayah tersebut.
Ngatini, warga Bugel sebagai penerima mengaku cukup terbantu adanya bantuan makanan tambahan.
"Adanya bantuan makanan tambahan langsung sekali makan berupa nasi, sayuran, telur, ikan cukup membantu. Alhamdulillah anak kami tambah berat badannya, hanya kurang menambah tinggi badan," ucapnya.
Ibu dari Hafid Maulana menyebut, anaknya yang berusia 10 bulan seharusnya memiliki berat badan (bb) minimal 7,2 kilogram (kg) dan tinggi badan 68 sentimeter (cm). Sementara bb anaknya sudah 7,8 kg namun tingginya baru 66 cm. (scp)
BPBD DIY Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Kulon Progo dalam Hadapi Risiko Bencana |
![]() |
---|
Visiting Jogja Tourism Walk 2023, Ajang Promosikan Desa Wisata Purwosari di Kulon Progo |
![]() |
---|
Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Gelar Pameran dengan Tema Trapsila |
![]() |
---|
Jaga Warga Sebagai Wadah Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah |
![]() |
---|
Gubernur Kepulauan Riau: Kondisi Aman dan Nyaman untuk Wisatawan yang Pelesir ke Batam |
![]() |
---|