DPP Gunungkidul Catat Penurunan Luas Lahan Hingga Produksi Tembakau

Kepala DPP Gunungkidul, Rismiyadi mengungkapkan jika berkurangnya luas lahan tembakau tercatat dalam 3 tahun terakhir.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/DPP Gunungkidul
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Rismiyadi, saat mengikuti panen tembakau di Kapanewon Purwosari, Sabtu (05/08/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mencatat adanya penurunan luas lahan tembakau dari tahun ke tahun.

Penurunan inipun berpengaruh pada produksi tembakau dari Gunungkidul.

Kepala DPP Gunungkidul, Rismiyadi mengungkapkan jika berkurangnya luas lahan tembakau tercatat dalam 3 tahun terakhir.

"Pengurangannya berkisar antara 3 sampai 4 hektare (ha)," ujar Rismiyadi pada Minggu (06/08/2023).

Pada 2021 lalu tercatat ada 75,7 ha lahan tembakau di Gunungkidul. Luasnya berkurang jadi 71,7 ha di 2022 dan kini menjadi 68,5 ha.

Menurut Rismiyadi, ada sejumlah faktor penyebab berkurangnya lahan tembakau tiap tahun. Hal ini diketahui berdasarkan hasil diskusi dengan para petani.

"Seperti masalah fasilitas untuk penyiraman tanaman hingga pengeringan dari daun tembakau basah," jelasnya.

Pengurangan luas lahan ini turut berdampak pada produksi daun basah tembakau dari Gunungkidul.

Pada 2021 tercatat 63 ton daun tembakau basah, turun menjadi 53 ton di 2022, dan di 2023 sejauh ini tercatat mencapai 28 ton.

DPP Gunungkidul pun berupaya agar komoditas tembakau tetap eksis.

Apalagi, harga jualnya masih cukup bagus dan penjualannya juga mulai merambah ke luar daerah.

"Harga jual di tingkat petani antara Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per kilogram tergantung varietas," kata Rismiyadi.

Lahan tembakau di Gunungkidul menyebar di Kapanewon Ngawen, Semin, dan Purwosari. Varietas yang ditanam pun beragam, seperti Sadana, Jowo, Paiton, dan Kedu.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta juga meminta agar DPP memaksimalkan komoditas tembakau.

Sebab para petani juga sudah mulai melakukan pengolahan bahkan pengemasan tembakau siap jual secara mandiri.

"Potensinya luar biasa, butuh pendampingan agar hasil tembakau bisa lebih maksimal," katanya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved