Anggota Komisi IX DPR RI: Rencanakan Pernikahan dan Kelahiran untuk Cegah Stunting
anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto mengajak masyarakat untuk merencanakan pernikahannya untuk mencegah kelahiran bayi stunting
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - BKKBN bersama Komisi IX DPR RI kembali menggelar sosialisasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Program Bangga Kencana. Tujuannya untuk menekan angka stunting di Indonesia, termasuk DIY.
Melalui kegiatan tersebut, anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto mengajak masyarakat untuk merencanakan pernikahannya. Hal itu karena pernikahan dini menjadi salah satu faktor penyebab stunting.
"Stunting itu bukan penyakit, bukan takdir Tuhan. Itu karena perbuatan kita sendiri. Stunting itu karena kekurangan gizi, makanya ibu hamil itu baik kalau bisa mengonsumsi dua telur dalam sehari. Kalau belum mampu menyiapkan itu, jangan menikah dulu," katanya saat sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Youth Center Tlogoadi, Mlati, Sleman, Minggu (06/08/2023).
"Makanya kalau mau menikah itu direncanakan dulu. Orang tua jangan menikahkan anaknya di bawah 19 tahun, kalau bisa minimal 20 tahun. Terus tiga bulan sebelum menikah periksa dulu. Sehingga nanti waktu hamil, rahimnya memang sudah siap untuk tidur bayi," sambungnya.
Ketika perempuan menikah di usia muda, maka rahim belum siap untuk mengandung. Sehingga berpotensi melahirkan bayi yang stunting.
Sementara Inspektur Utama BKKBN Pusat, Ari Dwikora Tono menerangkan Indonesia akan mengalami bonus demografi, sehingga hal itu harus dimanfaatkan secara optimal agar generasi 2045 mendatang adalah generasi yang berkualitas.
Caranya dengan menekan angka stunting, sebab stunting akan mempengaruhi kualitas SDM Indonesia.
"Stunting itu gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Sehingga nanti bayi lahir dengan bobot dan panjang yang kurang. Selain itu, kecerdasan bayi juga tidak optimal. Tentu ini akan mempengaruhi kualitas SDM mendatang," terangnya.
Baca juga: BKKBN dan Mitra Kerja Komisi IX DPR RI Sosialisasi dan KIE Bangga Kencana di Sendangadi Sleman
Ia menyebut anak yang lahir stunting tidak dapat bersaing dengan anak lain.
Dari sisi akademis, tentu anak yang stunting akan kalah karena kecerdasan yang tidak optimal. Saat memasuki dunia kerja, anak stunting juga tidak bisa bersaing di pasar tenaga kerja. Terlebih ada beberapa pekerjaan yang mensyaratkan tinggi badan tertentu.
Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk merencakan pernikahan dan kelahiran dengan berpedoman pada 4T, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani menyoroti pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yang dimulai sejak pembuahan hingga anak usia dua tahun.
Sehingga ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi, jangan sampai terjadi kekurangan gizi.
Setelah bayi lahir, sebisa mungkin ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya hingga usia 6 bulan. Setelah bayi berusia lebih 6 bulan, ibu bisa memberikan makanan pendamping ASI, namun tetap memberikan ASI hingga berusia 2 tahun.
"Karena ASI adalah makanan yang paling cocok dan paling komplit untuk bayi. Inisiasi menyusui dini menjadi penting, karena bayi akan mendapat kolostrum. Kolostrum itu sangat baik untuk bayi, membentuk kekebalan tubuh bayi sehingga terhindar dari penyakit,"ungkapnya.
Bantuan Makanan Bergizi PLN Peduli, Langkah Nyata Cegah Stunting di Jepara |
![]() |
---|
Salurkan Bantuan Makanan Bergizi, PLN Sukseskan Program Pemerintah Berantas Stunting |
![]() |
---|
Pemenuhan Gizi Seimbang pada Anak Usia Dini Bisa Hindarkan Stunting |
![]() |
---|
Program Genting Perkuat Penanganan Stunting di Sleman |
![]() |
---|
Pemkab Bantul Gencarkan Kampanye Pencegahan Stunting |
![]() |
---|