Empat Peneliti BRIN Datangi Lokasi Penemuan Guci Kuno Dinasti Tang di Kropakan Klaten

Para peneliti datang untuk mengumpulkan informasi dan mengecek langsung guci kuno yang ditemukan warga bernama Sardi (53), di Kropakan, Klaten

|
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ ALMURFI SYOFYAN
Para peneliti BRIN saat mengecek lokasi temuan guci kuno di Kropakan, Mranggen, Klaten, Jawa Tengah Kamis (3/8/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Empat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendatangi lokasi penemuan guci kuno peninggalan abad ke-9 dari masa Dinasti Tang di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Para peneliti tersebut datang untuk mengumpulkan informasi dan mengecek langsung guci kuno yang ditemukan warga bernama Sardi (53) saat menggali tanah di Dukuh Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom.

Pantauan TribunJogja.com di lapangan, empat peneliti BRIN yang datang tersebut yakni Sugeng Riyanto, Baskoro Daru Tjahjono, Retno Purwanti dan Novri.

Keempatnya sempat berdialog dengan warga sebelum berkeliling ke lokasi penemuan guci kuno di desa itu.

"Hari ini kita menengok lokasi penemuan guci dan juga ada temuan artefak berupa pisau berbahan besi," ujar peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, Sugeng Riyanto, saat ditemui, Kamis (3/8/2023).

Menurut Sugeng, pada saat mengunjungi lokasi temuan guci kuno itu, pihaknya juga menemukan fragmen kowi atau wadah pelebur logam seperti perunggu, perak hingga emas.

"Kita tadi juga temukan fragmen kowi atau wadah pelebur logam, nah kalau kita ceritakan, ini artinya dulunya di sini adalah sebuah pemukiman yang sangat dinamis ya," ucapnya.

Karena, kata dia, adanya temuan kowi mengindikasikan jika dulunya di Dukuh Kropakan pernah berlangsung aktivitas peleburan logam untuk membuat perhiasan.

"Ada perajin logamnya, hunian karena ada mata pisau, mendukung atau memperkuat kropakan ini pemukiman yang padat dan luas," ulasnya.

Diakui Sugeng, temuan berbagai artefak di Kropakan Klaten itu tidak menambah informasi baru terkait pemukiman, namun memperkuat bahwa kawasan itu memang jadi pemukiman pada zaman Mataram Kuno.

"Temuan ini sebenarnya tidak menambah informasi baru terkait pemukiman ini, tapi memperkuat bahwa hunian di sini sangat dinamis karena ada pembuatan perhiasan karena ada fragmen kowi karena dulu juga pernah ditemukan," jelasnya.

Disinggung terkait fungsi guci kuno, lanjut dia, jika guci itu berfungsi untuk menyimpan air atau makanan dan perhiasan.

"Kalau guci ini kan jelas untuk wadah air atau lainnya. Guci ini didatangkan dari Cina pada Dinasti Tang masa abad ke-9," katanya.

"Pada abad ke-9 itu, ada apa di sini, ada pemukiman Mataram Kuno artinya ada kontak dagang kemungkinan komoditi pertanian karena ada temuan pipisan," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang perajin batu bata bernama Sardi (53) menemukan guci kuno diduga peninggalan abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno.

Guci berbahan keramik berwarna coklat itu ditemukan oleh Sardi di lahan pembuatan batu bata yang disewa di Dukuh Kropakan.

"Saya mencangkul tanah sekitar pukul 09.30 WIB tadi pagi, terus pacul membentur benda keras dan saya lihat ternyata guci," ujarnya saat TribunJogja.com temui di lokasi penemuan, Senin (31/7/2023) sore.

Menurut Sardi, begitu pacul membentur guci itu, dirinya melanjutkan penggalian dengan tangan kosong agar benda yang membentur paculnya tidak rusak.

"Itu mulut guci tertimbun tanah tadi, terus dibersihkan istri sama air dan di foto lalu dikirim ke grup warga sini," akunya.

Ia menjelaskan, guci itu ditemukan pada kedalaman satu meter di bawah permukaan tanah.

Posisi guci saat ditemukan tertelungkup. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved