Mayat Diduga Korban Mutilasi di Turi

Rektor UMY Sebut Korban Mutilasi di Sleman Merupakan Mahasiswa Berprestasi dan Rajin Bersosialisasi

Secara pribadi, Gunawan sendiri masih tidak menyangka bahwa korban adalah mahasiswa UMY.

|
Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
Kekerasan tidak wajar yang mengakibatkan korban meninggal dunia ini terjadi pada Selasa (11/7) malam di sebuah kos di Krapyak, Triharjo Sleman. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kasus pembunuhan yang disertai mutilasi terhadap korban R (20) menjadi perhatian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Selain pihak keluarga, UMY saat ini juga tengah menunggu hasil pemeriksaan DNA oleh kepolisian.  

Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, mengatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus ini ke kepolisian, termasuk dalam hal tes DNA.  

“Kami tetap akan menunggu hasil tes DNA dari kepolisian. Karena DNA itu jelas, kepastian valid apakah betul hubungan darah korban dengan pihak keluarga,” ujarnya di hadapan wartawan, Senin (24/7/2023).

Baca juga: Ini Kesulitan yang Dihadapi Polda DIY Ungkap Kasus Mutilasi Turi Sleman hingga Gandeng Ilmuwan

Baca juga: Pernyataan Keluarga Korban Mutilasi di Sleman, Tunggu Jenazah Dipulangkan ke Bangka

Secara pribadi, Gunawan sendiri masih tidak menyangka bahwa korban adalah mahasiswa UMY.

Pasalnya, korban dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi dan bersosialisasi dengan baik di kampus.

“Kita sering merasa sedih, karena korban perilakunya baik. Kita sudah mengumpulkan teman-temannya satu organisasi kemahasiswaan, mereka mengatakan tidak ada yang aneh. Bahkan para mahasiswa bilang, korban adalah penerima hibah penelitian dari lembaga kemahasiswaan,” ujarnya.

Rektor menyebut bahwa R adalah mahasiswa yang berprestasi, bahkan sejak dari SMA sudah aktif di kepramukaan.

Hal itu dilanjukan sampai di tingkat kampus.

Selain aktif di pramuka, R juga disebut bersosialisasi dengan baik, misalnya terlibat dalam rapat-rapat mahasiswa.
 
“Sedih karena anak ini baik-baik saja, dan sering ikut rapat penerimaan mahasiswa baru 2023,” tuturnya.

Gunawan mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mencoba membuat mekanisme agar kampus bisa dapat memahami masalah yang dialami mahasiswa.

Menurutnya masalah keterlambatan kuliah, terlambat ikut ujian atau mengumpulkan tugas, termasuk kesulitan ekonomi adalah hal yang umum ditemukan di sebuah kampus. Namun masalah yang sifatnya pribadi jarang terungkap.

“Bagi kami peristiwa mutilasi ini menyadarkan kita bersama bahwa ternyata kampus harus lebih bisa memahami kondisi psikologis mahasiswa,” katanya.

Maka dari itu, saat ini UMY tengah melakukan rekrutmen untuk program konselor sebaya.

Ditargetkan akan ada 1000 konselor sebaya yang akan aktif mendampingi dan menampung keluhan mahasiswa.

Dengan demikian, harapannya tak akan ada lagi kasus seperti ini, mahasiswa dapat saling berbagi, dan dapat menyelesaikan masalah yang dialami.

“Ini yang akan kita lakukan,mudah-mudahan ini bisa memetakan kejiwaan dari mahasiswa,” tukasnya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved