Berita Wonosobo

Bedhol Kedhaton dan Jagong Budaya Rangkaian Wajib Peringatan Hari Jadi ke-198 Wonosobo

Bedhol Kedhaton menjadi satu si antara rangkaian prosesi wajib setiap memperingati Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.

Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM/ISTIMEWA
RITUAL - Proses Bedhol Kedaton dimulai pengambilan mata air Tirto Perwitosari, ziarah ke Makam Ki Ageng Wanasaba, dan Jagong Budaya di Desa Plobangan Kecamatan Selomerto, Minggu (23/07/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, WONOSOBO - Bedhol Kedhaton menjadi satu si antara rangkaian prosesi wajib setiap memperingati Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Tahun ini, Bupati Wonosobo bersama Jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) melakukan prosesi tersebut

Proses ini dimulai pengambilan mata air Tirto Perwitosari, ziarah ke Makam Ki Ageng Wanasaba, dan Jagong Budaya di Desa Plobangan Kecamatan Selomerto, Minggu (23/07/2023).

Prosesi pengambilan mata air berasal dari Tuk Sampang di Desa Plobangan yang dilakukan sesepuh desa. Kemudian, air suci ini dikirab dan diarak berjalan kaki bersama-sama untuk diserahkan kepada Bupati Wonosobo pada malam harinya.

Sementara Ziarah di Makam Ki Ageng Wanasaba bertujuan menghormati jasa para leluhur Wonosobo terdahulu. Berupa rangkaian doa dan tabur bunga oleh Jajaran Forkompimda.

Bedhol Kedhaton dan Jagong Budaya juga dimeriahkan berbagai penampilan kesenian. Saat ziarah di Makam Ki Ageng Wanasaba, dibacakan seluk beluk sejarah singkat Ki Ageng Wanasaba sebagai tokoh berpengaruh di Wonosobo.

Ki Ageng Wanasaba memiliki nama asli Kyai Ageng Ngabdullah dan merupakan kakak kandung Nyai Ageng Ngerang yang pertama. Pada masa hidupnya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat dan berkharisma.

Ki Ageng Wanasaba dipercaya dan diyakini sebagai waliyullah yang telah melanglang buana ke berbagai tempat dalam rangka mencari ilmu, sekaligus menyiarkan agama Islam. Beliau juga merupakan cucu Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit dan merupakan putra Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng.

“Sebagai pewaris atas hasil perjuangannya, kita wajib menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur, melalui bentuk perilaku yang berbudaya dan bermanfaat bagi sesama membangun Wonosobo tercinta,” tutur Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat.

“Pada momentum hari jadi ini, saya mengajak kearifan lokal yang merupakan bagian budaya tradisional asli agar dijaga, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda. Harapannya, mereka mampu memahami, membangun jati diri dan tak meninggalkan budaya tradisional masyarakat asli Wonosobo,” sambung Afif.

Selain itu, Bupati Afif mengingatkan, momentum Hari Jadi Ke-198 Kabupaten Wonosobo, menjadi pengingat bersama untuk terus maju nyengkuyung dan bergotong royong mewujudkan pembangunan daerah menuju masyarakat yang sejahtera, ‘Cancut Taliwondo Nyengkuyung Wonosobo Raharjo’.

“Mari kita bersama meneruskan nilai perjuangan leluhur Wonosobo yang telah tiada, terus berperilaku baik dan manfaatkan usia kita untuk membangun Wonosobo. Seni budaya sebagai karakter diri bangsa, perlu dijaga kelestarian dan keanekaragamannya supaya tak punah. Dengan menjaga kelestariannya berarti telah menjunjung harkat dan martabat bangsa,” tegas Afif Nurhidayat.

Sementara Kepala Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo, Ratna Sulistiawati menjelaskan, Bedhol Kedaton merupakan perpindahan pusat Pemerintahan Kabupaten Wonosobo dari Plobangan ke lokasi saat ini.

“Makanya, pada rangkaian ini ada prosesi pengambilan tanah dari makam Kyai Ageng Wanasaba yang dibarengkan gelar budaya Kecamatan Selomerto. Sehingga, ada acara pasrah tampi panji atau pengembalian panji dari desa terakhir ke kecamatan,” jelas Ratna kepada media.

Diketahui, Bedhol Kedhaton diawali pengambilan air suci Tirto Perwitosari dari mata air Plobangan atau Tuk Sampan dan pengambilan Bantolo (tanah yang diambil di sebelah selatan makam Ki Ageng Wanasaba) oleh para tetua desa.

Kemudian dilakukan ziarah ke makam Ki Ageng Wanasaba di Desa Plobangan yang dihadiri Bupati Wonosobo dan Jajaran Forkopimda serta seluruh pimpinan OPD di lingkungan Bupati Wonosobo.

“Pukul 20.00 WIB Air Suci Tirta Perwitosari, Bantolo, Songsong Agung dan Tombak Katentreman diarak menuju pintu gerbang desa Plobangan, kemudian dibawa ke Balai Kabupaten dengan prosesi Tapa Bisu. Selanjutnya, pusaka terlebih dahulu akan diarak dari Honggoderpo ke Pendopo sekitar pukul 21.00 WIB, dimana seluruh peserta arak-arakan harus mengenakan pakaian adat Jawa dan berjalan dengan membawa obor,” imbuhnya. (ayu/ord)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved