Malam 1 Suro di Jogja

Apa Itu Tradisi Mubeng Beteng? Begini Sejarahnya : Intropeksi Diri Menuju Warsa Anyar

Tradisi atau ritual Mubeng Beteng dilakukan sebagai bentuk tirakat atau pengendalian diri dan memohon keselamatan kepada Tuhan YME.

|
Dok. Kraton Jogja
Apa Itu Tradisi Mubeng Beteng? Begini Sejarahnya : Intropeksi Diri Menuju Warsa Anyar 

Selanjutnya, abdi dalem dan warga peserta kiran berjalan kaki sejauh kurang lebih lima kilometer mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta.

Rute Mubeng Beteng berlawanan dengan arah jarum jam. Dimulai dari Plataran Keben, kemudian peserta ritual melewati Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, dan Jalan Suryowijayan.

Kemudian melintasi pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Jalan Mayjen Sutoyo, pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan Alun-alun Utara.

Dari Alun-alun Utara, peserta ritual kembali ke Plataran Keben.

Sebelum mubeng beteng dimulai, terlebih dulu dibacakan tembang-tembang Macapat dari Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta, yang menggambarkan doa-doa.

Baca juga: Mengenal Pantangan Malam Satu Suro atau 1 Suro yang Dipercaya Terbukanya Gerbang Gaib

Sejarah Tradisi Mubeng Beteng

Prosesi mubeng beteng diawali dari komplek Kraton Yogyakarta, Selasa (11/9/2018).
Prosesi mubeng beteng diawali dari komplek Kraton Yogyakarta, Selasa (11/9/2018). (TRIBUNJOGJA.COM / Bramasto Adhy)

Dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, tradisi Mubeng Beteng merupakan upacara resmi Keraton Yogyakarta sejak pada pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono.

Awalnya, Mubeng Beteng dilaksanakan oleh para abdi dalem.

Namun, seiring waktu, masyarakat juga bisa turut serta dalam ritual ini.

Sumber lain menyatakan bahwa Mubeng Beteng merupakan tradisi asli Jawa yang berkembang pada abad ke-6 sebelum Kerajaan Mataram Hindu.

Tradisi Jawa ini disebut muser yang berarti mengelilingi pusat, seperti sentra desa tertentu.

Sumber sejarah lain mengatakan, Mubeng Beteng merupakan tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram membangun benteng mengelilingi kerajaan atau keraton yang kemudian selesai pada tanggal 1 Suro 1580.

Tradisi Mubeng Beteng dikenal ritual Tapa Bisu, lantaran selama mengelilingi keraton, peserta kirab dilarang berbicara satu sama lain, alias membisu.

Mereka juga dilarang makan dan minum selama ritual berlangsung.

Tapa Bisu merupakan simbol keprihatinan serta instropeksi masyarakat Yogyakarta dalam menyambut tahun baru.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved