Kasus Antraks di Gunungkidul

Dinkes Gunungkidul Tunggu Keputusan Bupati Soal KLB Antraks

Dinkes Gunungkidul melayangkan nota ke bupati terkait kasus antraks yang terjadi di Semanu.

|
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Alexander Ermando
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul melayangkan nota ke bupati terkait kasus antraks yang terjadi di Semanu.

Kasus tersebut menyebabkan 1 warga meninggal dunia karena positif antraks .

Kepala Dinkes Gunungkidul , Dewi Irawaty mengatakan nota tersebut terkait penetapan status Kasus Luar Biasa (KLB) antraks .

"Saat ini kami tinggal menunggu keputusan pimpinan," kata Dewi, Minggu (09/07/2023).

Menurutnya, secara medis status KLB antraks bisa ditetapkan lantaran sudah ada kasus kematian manusia.

Hal tersebut sesuai pula dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/2010.

Baca juga: Ratusan Hewan Ternak di Gunungkidul Dapat Vaksin Antraks untuk Cegah Penularan Meluas

Dewi juga menyebut kasus antraks di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu sudah menjadi catatan dari pemerintah daerah hingga pusat.

Meski begitu, penetapan KLB tetap berdasarkan sejumlah pertimbangan.

"Dasar aturannya memang sudah ada, tapi bagaimana keputusannya kami serahkan ke pimpinan," ujarnya.

Terkini, Dewi menyebut ada 1 warga Padukuhan Jati yang dirawat intensif di RSUD Wonosari.

Warga tersebut sebelumnya dinyatakan positif antraks , berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Warga berusia lanjut ini disebut mengalami gejala luka khas antraks hingga mual-mual.

Ia pun dirujuk ke RSUD Wonosari sejak Senin (03/07/2023) lalu.

"Sampai sekarang masih dirawat, kami jaga kondisinya agar tetap stabil," kata Dewi.

Ia tak menampik data dari Kemenkes soal 3 warga meninggal dunia terkait antraks .

Ketiganya sama-sama dari Jati dan diketahui ikut mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya sakit.

Baca juga: Dinkes DIY Sebut Status KLB Perlu Diberlakukan di Gunungkidul untuk Tangani Antraks

Dua warga dirawat di RSUD Wonosari dan meninggal di akhir Mei 2023, namun tidak ada pemeriksaan antraks lantaran tidak ada sampel yang diambil.

Satu lagi dirawat di RSUP dr Sardjito pada Juni 2023 dan meninggal di sana.

"Yang terakhir ini ada konfirmasi pemeriksaan antraksnya, yang mana hasilnya positif," jelas Dewi.

Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto sebelumnya menilai status KLB belum perlu ditetapkan.

Sebab kasus antraks hanya muncul di Padukuhan Jati, yang mana lokasinya cukup terpencil.

Namun pihaknya tetap melakukan berbagai langkah pencegahan.

Satu di antaranya melokalisir alias menutup pergerakan keluar-masuk ternak dari Jati.

"Kami fokus penanganan di Jati dulu saat ini," kata Heri.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved