Berita Jogja Hari Ini

DPD REI DIY Berharap Ada Intervensi Pemerintah Terkait Tanah Untuk Rumah Subsidi

DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY berharap ada intervensi dari pemerintah terkait tanah untuk rumah subsidi. Hal itu karena tanah menjadi kendala

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY berharap ada intervensi dari pemerintah terkait tanah untuk rumah subsidi. Hal itu karena tanah menjadi kendala terbesar dalam penyediaan rumah subsidi untuk masyarakat. 

Wakil Ketua DPD REI DIY Bidang Perumahan Subsidi dan MBR, Hajar Pamundi mengatakan kenaikan harga tanah di DIY tergolong cepat.

Padahal tanah menjadi komponen paling penting, bahkan porsi harga tanah mencapai 30 persen dari harga pokok produksi (HPP). 

Meski ada kenaikan harga rumah subsidi oleh pemerintah melalui Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) PUPR Nomor 689/KPTS/M/2023, namun harga Rp162juta masih belum ideal. 

Baca juga: Pemilih Muda Mendominasi Pemilu 2024, Pakar: Parpol Harus Punya Visi Misi yang Jelas

"Cari tanahnya untuk di Jogja sulit, seperti di Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul. Untuk harga Rp162 juta, idealnya harga tanah sekitar Rp100-200ribu. Di Jogja kan sulit mencari tanah dengan harga segitu kan sulit, karena tingginya harga tanah," katanya, Rabu (05/07/2023). 

"Kecuali ada kebijakan dari pemerintah terkait pemanfaatan tanah. Kami berharap ada intervensi dari pemerintah terkait tanah untuk rumah subsidi ini. Karena memang tanah masih menjadi kendala utama untuk rumah subsidi di Jogja," sambungnya. 

Ia menyinggung terkait Bank Tanah yang termaktub diatur dalam Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020. 

"Kami belum secara jauh mendalami terkait dengan penerapan bank tanah, tetapi ada tanah yang dikelola untuk kepentingan masyarakat. Mungkin hal itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah,"sambungnya. 

Hajar mengungkapkan kebutuhan rumah subsidi di DIY sangat besar, namun penyerapannya masih rendah. Hal itu karena lokasi rumah subsidi yang tersedia jauh dari pusat kota. Padahal aktivitas masyarakat di DIY terpusat di perkotaan. 

Menurut dia, selain harga rumah, jarak rumah juga mempengaruhi masyarakat dalam membeli rumah, termasuk rumah subsidi

"Lokasi juga menjadi pertimbangan. Misal ketersediaannya di Gunungkidul, tetapi kebutuhannya nggak di situ. Kan jadi tidak klop, sehingga serapannya rendah. Kalau dari sisi pengembang, agar bisa profit itu diperlukan kecepatan proses pembangunan, serapan, hingga kecepatan administrasi perbankan," ungkapnya. (maw) 
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved