Kunjungi Taman Bung Karno di Buleleng, Komisi A DPRD DIY Dorong Pemda DIY Bangun Ruang Terbuka Hijau

Komisi A DPRD DIY bersama insan media berkesempatan mengunjungi ruang terbuka hijau (RTH) Taman Bung Karno di Sukasada, Buleleng, Bali, Senin (3/7/202

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Hanif Suryo
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno yang terletak di Buleleng, Bali 

TRIBUNJOGJA.COM - Komisi A DPRD DIY bersama insan media berkesempatan mengunjungi ruang terbuka hijau (RTH) Taman Bung Karno di Sukasada, Buleleng, Bali, Senin (3/7/2023).

Dibangun di area publik seluas 2 hektare, Taman Bung Karno tak hanya indah dan megah, tetapi juga menyuguhkan cerita sejarah.

Sebagaimana diketahui, Bung Karno punya ikatan kuat dengan Bali, khususnya Buleleng.

Ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, berasal dari Singaraja di Kabupaten Buleleng.

Sejalan dengan hal tersebut, Taman Bung Karno dibangun guna mengenang dan menghormati Proklamator RI tersebut.

Baca juga: Komisi A DPRD DIY Kunjungi Tempat Lahir Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, Ajak Perjuangkan Hak Perempuan

Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengatakan, akses warga masyarakat Buleleng yang digratiskan manfaatkan ruang terbuka hijau termasuk Taman Bung Karno, perlu juga diwujudkan di DIY. 

Politisi PDIP tersebut pun mengakui, cukup melegakan karena Pemda Buleleng punya komitmen hebat dalam menggelorakan semangat dan pemikiran Bung Karno.

"Pemda Buleleng kita lihat tidak saja berupaya meneruskan cita-cita harapan Bung Karno. Di Buleleng ada banyak ruang terbuka hijau dan dihadirkan patung Bung Karno. Ini bisa jadi inspirasi bagi Pemda DIY untuk lebih banyak sediakan dan bangun ruang terbuka hijau bagi masyarakat," kata Eko Suwanto.

"Di Buleleng, keberadaan ruang terbuka dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dengan ikon Bung Karno adalah wujud komitmen yang sangat hebat. Apalagi jika melihat kondisi lokasi ruang terbuka hijau yang luas," tambahnya.

Lebih lanjut, Eko Suwanto mengatakan, jarang ditemui tempat nongkrong seluas dua hektar, dikelola baik dan masyarakat bisa manfaatkan, menikmati pemandangan yang ada.

"Ada patung Bung Karno, yang jadi simbol hadirkan semangat jaga NKRI, jaga Bhinneka Tunggal Ika. Rasanya Pemda DIY, bisa lengkapi ruang terbuka hijau model demikian, ini bisa jadi inspirasi untuk bangun, bagaimana memanfaatkan lahan DIY, di Yogyakarta dihadirkan museum tokoh bangsa. Sekarang Sleman bagian selatan dan Bantul utara yang padat penduduk jelas butuh ruang terbuka hijau. Memang, kini ada embung yang dibangun, bisa dilengkapi dan dikembangkan dengan ikonik tokoh bangsa, seperti Bung Karno," kata Eko Suwanto.

Selain Taman Bung Karno, rombongan Komisi A DPRD DIY beserta awak media juga berkesempatan menyambangi Rumah Ida Ayu Nyoman Rai Srimben , ibunda Presiden Pertama Soekarno di Buleleng, Bali.

Kediaman Srimben berada di Jalan Mayor Metra, Kelurahan Paket Agung, Singaraja, Buleleng ini telah ditetapkan menjadi situs cagar budaya. Sehingga diharapkan dapat menjadi daya tarik baru bagi wisatawan. 

Di dalam rumah itu, terdapat Bale Agung, bangunan berukuran 3X3 meter yang merupakan kediaman sehari-hari ibu sang proklamator. 

Perrwakilan keluarga Bung Karno di Buleleng menjelaskan bagaimana awal cerita kisah pertemuan Raden Soekemi, seorang guru Sekolah Rakyat dengan ibunda Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben. 

"Ada cerita kisah cinta beliau, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, keluarga di Bale Ageng itu sedikit fanatik dalam pengertian tidak bisa keluar. Sementara Raden Soekemi itu guru di Sekolah Rakyat, sering ke Pura Bale Ageng. Setelah saling kenal, saling cinta beliau menikah dengan Raden Soekemi seorang guru, keluarga juga setuju. Anak pertamanya, Bu Wardoyo dan anak kedua adalah Bung Karno yang lahir di Surabaya," kata Made Budi.

Patung Bung Karno Karya Pematung Bantul

Ikon Taman Bu Bung Karno satu di antaranya ialah patung Bung Karno berbahan logam setinggi 8 meter, yang ternyata karta pematung asal Bantul DI Yogyakarta yakni Rinta Irvanda.

Patung Bung Karno tersebut terbuat dari bahan logam dengan bahan finishing logam campuran tembaga 60-70 persen, ditambah logam lain yakni timah, seng dan alumunium sebanyak 30-40 persen.

Bobot patung ini kurang lebih 1,4 sampai 1,6 ton.

Sosok Sang Proklamator mengenakan peci di kepala, baju safari dengan empat saku dan tangan kanan yang memegang tongkat komando.

Patung Bung Karno itu berdiri menghadap ke timur. Bung Karno adalah tokoh berjuluk Putra Sang Fajar, sehingga patungnya pun dibuat menghadap ke arah matahari terbit.

Di bawah patung itu ada pedestal atau alas monumen yang tingginya 6 meter. 

Pedestal melingkar itu dilengkapi relief tentang perjalanan ayah Bung Karno, Soekemi Sosrodihardjo, mengajar di Buleleng dan bertemu Ida Nyoman Rai.

Selain itu, di bawah pedestal terdapat sejumlah prasasti bertuliskan beberapa pidato dan puisi Bung Karno. Memang tokoh kelahiran 6 Juni 1901 itu bukan hanya dikenal sebagai orator ulung, melainkan juga sosok romantis.

Di RTH Taman Bung Karno tersebut juga terdapat patung Singa Ambara Raja berukuran besar karya I Wayan Wenten, seniman asal Ubud, Gianyar. 

Patung itu menjadi latar belakang panggung terbuka atau open stage untuk berbagai pementasan di Taman Bung Karno.

Suguhan di Taman Bung Karno tak hanya monumen, patung, dan diorama. Ada pula sebuah water fountain atau air mancur berwarna-warni yang akan menjadi atraksi menarik. (Han)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved