Desmond Mahesa Meninggal Dunia
Perjalanan Hidup Desmond Mahesa, Sempat Jadi Korban Penculikan 1998 dan Tutup Usia di Tahun 2023
Perjalanan hidup Desmond Mahesa saat berusia 33 tahun sempat jadi korban penculikan. Nyalinya tak ciut, sepuluh tahun kemudian ia terjun ke politik.
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Bunga Kartikasari
TRIBUNJOGJA.COM - Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Desmond Junaidi Mahesa meninggal dunia di usia 57 tahun pada Sabtu (24/6/2023).
Kabar tersebut dikonfirmasi dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman.
"Iya benar (meninggal)," kata Habiburokhman, Sabtu (24/6/2023), dikutip dari Tribunjogja.com dari laman Tribunnews.
Awalnya kabar ini terdengar dari Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang mengatakan politisi Desmon Mahesa menghembuskan napas terakhir di rumah sakit (RS) Mayapada.
"Inalillahi wa inna ilaihi rojiun telah meninggal dunia, Bpk. Desmon Mahesa di RS Mayapada Sabtu, 24 Juni 2023," tulis keterangan itu.
Rencananya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu akan disemayamkan di rumah duka Jalan Saco 1 No.1 RT 1/RW 4, Ragunan, Jakarta Selatan.
Diketahui, Desmond lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 12 Desember 1965.
Sebelum bergabung ke dunia politik, ia merupakan salah satu aktivis 1998. Kala itu, diusia 33 tahun, Desmon Mahesa sempat menjadi korban penculikan pada periode itu.
Dikutip Tribunjogja.com dari laman Kompas.com, Desmond Junaidi Mahesa menjalankan aktivitas seperti biasa dan tidak mempunyai kecurigaan apapun.
Baca juga: Biodata Desmond J Mahesa, Politikus Partai Gerindra yang Meninggal di RS Mayapada Pagi Ini
Di era sebelum reformasi, Desmond memang dikenal sebagai seorang aktivis. Kala itu, dia menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN),
Desmond yang kala itu menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) mengaku didatangi 8-10 orang pada pukul 02.30 WIB dini hari.
Semua berawal dari dipagi hari sekitar tanggal, 3 Februari 1998, Desmond Junaidi Mahesa beraktivitas seperti biasa di kantornya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.
Pagi harinya, sekitar pukul 08.00 WIB, kembali datang orang tak dikenal. Namun, Desmond mengaku tak menaruh prasangka.
Pria lulusan Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin itu awalnya tak menyangka bahwa pagi itu menjadi hari di mana dia diculik.
"Kemudian, saya keluar kantor naik bus nomor 06 sampai di Kampung Melayu," kisah Desmond kepada Harian Kompas, 13 Mei 1998.
Desmond Mahesa menceritakan kronologi kala ia ditodong dengan senjata tajam oleh orang tak dikenal.
"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata. Sesudah ditodong, saya bergerak, kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang. Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," lanjut sosok yang sempat menempuh Pendidikan Pascasarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Islam itu.
Tak berhenti di situ, bak di film-film aksi, Desmond Mahesa mengaku dirinya diborgol, matanya ditutup kain hitam. Selama tiga jam, ia diinterogasi tentang aktivitasnya.
"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel. Di situ sudah ada Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading," demikian kesaksian Desmond saat itu.
Setelah sehari Desmond ditahan, aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) Pius Lustrilanang masuk, disusul aktivis Haryanto Taslam.
Menurut Desmond, ada tawaran yang diberikan penculik kepadanya. Ia diminta mengaku bersembunyi di Garut.
Namun, kala itu Desmond mengajukan skenario lainnya: pergi ke Irian Jaya untuk melakukan penelitian. Diperiksa pada malam hari Selama diculik, Desmond mengaku mendapatkan dua buah selimut, celana pendek berwarna biru dan jingga, serta tas berwarna hijau muda.
"Setiap orang yang ditahan diberi celana pendek, ada berwarna biru dan jingga. Selain itu saya juga diberi tas berwarna hijau muda," katanya.
Pada malam hari, seusai makan malam, Desmond menjalani pemeriksaan secara bergantian. Saat pemeriksaan, matanya ditutup kain hitam. Menurut Desmond, pemeriksaan hanya dilakukan pada malam hari hingga dia dibebaskan pada 3 April 1998.
Desmond Mahesa Dibebaskan

Sekitar dua bulan, Desmond Mahesa baru dibebaskan oleh penculik itu.
Saat dibebaskan, dia dibawa dengan menggunakan mobil. Salah seorang yang membawanya memberikan tiket pesawat Garuda menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan nama yang tertera pada tiket bukan namanya.
Ia diturunkan sekitar 100 meter sebelum Terminal F Bandara Soekarno Hatta. Sesampainya di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Desmond langsung melaporkan peristiwa yang dialaminya ke Polresta Banjarmasin. Ia pun sempat kembali ke rumah orang tuanya di Banjarmasin.
Desmond mengaku tak dapat mengidentifikasi sosok penculiknya.
Sebab, tanpa kacamata, penglihatannya sangat terbatas. Ia juga tak bisa memastikan lokasi penculikannya selama dua bulan.
Demikian pula soal di mana dia ditempatkan, apakah di sebuah rumah, kantor, atau bangunan lainnya.
Baca juga: FAKTA-FAKTA dan Perjalanan Karier Desmond Mahesa, Wakil Ketua Komisi III DPR RI yang Meninggal Dunia
"Pokoknya sebuah bangunan besar permanen, namun sepi," ceritanya.
Desmond hanya mengatakan, kala itu dirinya diculik oleh orang yang punya organisasi rapi.
Pengalaman Tak Ciutkan Nyali Desmon Mahesa Terjun Kedunia Politik

Pengalaman diculik tak membuat nyali Desmond Mahesa ciut. Desmond Mahesa kembali ke Jakarta dan justru melebarkan sayap dengan membuka kantor hukum bernama Des & Des yang lantas berganti nama menjadi Treads & Associate. Desmond menjabat sebagai direktur di kantor hukum yang ia bangun.
Kisah tentang penculikan tersebut membuat Desmond semakin dikenal publik.
Hampir sepuluh tahun berselang sejak penculikannya, Desmond terjun ke politik. Dia bergabung dengan Partai Gerindra.
Maju terus pantang mundur, Desmond Mahesa menjajal peruntungannya dengan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif lewat Pemilu 2009. Mengantongi 13.349 suara dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur, Desmond berhasil melenggang ke Parlemen sebagai anggota DPR periode 2009-2014.
Keberhasilan itu terulang pada Pemilu 2014. Maju lewat dapil Banten, Desmond mengantongi 61.275 suara.
Sementara, pada Pemilu 2019, Desmond berhasil meruap 103.837 suara.
Tercatat, tiga periode sudah Desmond duduk duduk sebagai legislator. Selama menjabat, Desmond banyak menyoroti persoalan hukum dan keamanan di Komisi III DPR.
Adapun Desmond menamatkan pendidikan sarjana hukum di Universitas Mangkurat, Banjarmasin pada tahun 1994.
Dia lantas melanjutkan studi pascasarjana hukum di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM dan meraih gelar magister pada tahun 2005. Begitu mengantongi gelar sarjana, Desmond mendirikan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) pada tahun 1994.
Selama tahu 1995-1996, dia menjabat sebagai Presidium Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Setelahnya, dia menjadi Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Nusantara Bandung (1996-1997), lalu Direktur YLBH Nusantara (1997-1998), dan Ketua YLBH Banjarmasin (1997-1998).
Selama 14 tahun lamanya, Desmond aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (RI) yang fokus pada isu hukum dan keamanan di bawah Komisi III. Sabtu, 24 Juni 2023, Desmond Mahesa dikabarkan tutup usia.
Kisah hidupnya menjadi bagian dari sejarah rangkaian peristiwa reformasi 1998. Namanya dikenang di panggung perpolitikan Tanah Air.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.