Aplikasi SatuJantung Karya Dosen FKKMK UGM, Sarana Penanganan Kasus Henti Jantung Secara Cepat

dr. Beta mengatakan, aplikasi SatuJantung itu dirancang dengan fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Beta Ahlam Gizela, DFM, Sp. FM Subsp. FK(K)., sedang memaparkan informasi seputar SatuJantung kepada awak media di Fortakgama UGM, Kamis (15/6/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan kemudahan masyarakat dalam menangani berbagai macam penyakit.

Satu di antaranya berupa pemberian penanganan pertama kepada orang yang mengalami penyakit jantung

Melalui aplikasi SatuJantung 2.0 yang dikembangkan oleh Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Beta Ahlam Gizela, DFM, Sp. FM Subsp. FK(K).

Aplikasi tersebut dinilai memberikan bantuan penaganan kasus henti jantung. 

dr. Beta mengatakan, aplikasi SatuJantung itu dirancang dengan fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung.

Sehingga, aplikasi itu bisa dijalankan cukup dengan satu kali klik tombol melayang.

“Ketika tombol melayang diklik, maka akan muncul sejumlah informasi yang membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien. Beberapa informasi yang muncul berupa tingginya risiko penyakit jantung, kontak keluarga yang bisa dihubungi, serta tombol emergency," ucapnya kepada awak media di Fortakgama UGM, Kamis (15/6/2023).

Disampaikannya, dalam aplikasi tersebut juga dilengkapi cara melakukan pijat jantung sebagai panduan untuk penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan pijat jantung.

Sehingga, pasien henti jantung akan segera mendapat pertolongan pertama berupa pijat jantung dan memiliki kesempatan untuk tertolong tiga kali lebih besar daripada yang tidak mendapat pertolongan.

"Hadirnya aplikasi SatuJantung 2.0 itu diharapkan dapat membantu penanganan lebih banyak pasien henti jantung," pintanya. 

Pasalnya, penyakit jantung sendiri masuk dalam salah satu daftar penyakit pembunuh nomor satu di negara maju maupun negara berkembang. 

Bahkan, berdasarkan laporan dari Global Burden of Disease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. 

Selanjutnya, dari Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukan tren peningkatan penyakit jantung yakni 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018. 

Tidak hanya itu saja, penyakit jantung tersebut menjadi beban biaya terbesar di data BPJS Kesehatan pada 2021 dengan pembiayaan kesehatan sebesar Rp.7,7 triliun.

Awal Mula Tercetusnya Aplikasi SatuJantung 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved