Berita Jogja Hari Ini

Yogyakarta Miliki Museum Kriptologi Ketiga Di Dunia, HB X dan HB IX Dianugerahi Adibhakti Sanapati

Sri Sultan Hamengku Buwono X berperan penting dalam pendirian Museum Sandi di Indonesia. Saat ini, baru ada tiga museum kriptologi di dunia, yaitu

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Humas Pemda DIY
Kepala BSSN, Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian menyerahkan penghargaan kepada Sri Sultan HB X dalam acara Malam BSSN Award 2023 yang berlangsung di Avenzel Hotel and Convention, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (8/6/2023) malam 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sri Sultan Hamengku Buwono X berperan penting dalam pendirian Museum Sandi di Indonesia.

Saat ini, baru ada tiga museum kriptologi di dunia, yaitu National Cryptologic Museum di Amerika Serikat, Cryptology Museum and Bletchley Park di Inggris, dan Museum Sandi milik Indonesia.

Pada tahun 2006, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memprakarsai berdirinya Museum Sandi bersama Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia, Mayjen TNI Nachrowi Ramli.

Diketahui, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan gagasan untuk menampilkan benda-benda terkait sejarah persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta.

Gagasan cemerlang tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan tim pengisian koleksi Museum Sandi di DIY yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor KP. 601/ KEP 116.A/ 2007 dan penelusuran sejarah persandian Indonesia.

Tepat pada 29 Juli 2008 dilaksanakan peresmian museum kriptografi pertama di Indonesia sekaligus ketiga di dunia dengan nama Museum Sandi.

Baca juga: Ada 46 Ribu Lebih Ternak Siap Potong di Gunungkidul, Kebutuhan Hewan Kurban Dipastikan Cukup

Kepala Museum Sandi, Setyo Budi Prabowo menjelaskan, dari DIY, Museum Sandi berkembang pesat. Sejak tahun 2014, Museum Sandi menempati aset Pemda DIY berupa bangunan cagar budaya di kawasan Kotabaru, Yogyakarta.

Dalam perkembangan persandian di Indonesia, DIY memiliki peran penting sebagai lokasi berdirinya Dinas Code yang kemudian bertransformasi menjadi Badan Siber dan Sandi Negara.

Juga menjadi lokasi berdirinya Museum Sandi yang merupakan satu-satunya museum kriptologi di Indonesia.

“Selain pendirian Museum Sandi, pada 1996 Ngarsa Dalem juga mengizinkan pembangunan Monumen Sanapati untuk memperingati 50 Tahun Persandian Indonesia. Hingga saat ini Monumen Sanapati masih kokoh berdiri di Kotabaru, Yogyakarta,” papar Setyo, Jumat (9/6/2023).

Selain keberadaan Museum Sandi, tradisi lain yang masih terpelihara dengan baik di DIY ialah pertemuan Forum Komunikasi Persandian Daerah (Forkomsanda) yang rutin digelar setiap bulan.

Kepengurusan Forkomsanda ditetapkan dengan SK Gubernur DIY. Forkomsanda beranggotakan unit teknis pelaksana persandian di wilayah DIY meliputi Pemda DIY, Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah DIY, TNI, Polri, Kejaksaan Tinggi dan Museum Sandi DIY.

Setyo menambahkan, kiprah persandian Sri Sultan tidak berhenti di situ saja.

Menurutnya, Sri Sultan juga sangat memperhatikan keamanan siber dengan mengeluarkan regulasi tentang sistem manajemen keamanan informasi yang bertujuan melindungi kerahasiaan, ketersediaan, dan keutuhan aspek informasi di lingkungan Pemda DIY.

Selain juga mendukung keamanan siber dan sandi dengan pelaksanaan MoU Pemda DIY dengan BSSN, Pembentukan Computer Security Incident Response Tim atau Jogjaprof CSIRT serta pembangunan security operation center atau SOC.

Tercatat ada tiga tokoh di Indonesia yang memiliki peran besar terhadap persandian, yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati (Bapak Persandian Indonesia), Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Bapak Penegakan Kedaulatan Negara 1 Maret 1949) dan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Ketiganya mendapatkan anugerah Adihakti Sanapati dari BSSN. Meskipun dua tokoh yaitu Rubiono dan Sri Sultan HB IX, mendapat penghargaan secara anumerta.

Pada dunia persandian, Setyo memaparkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX berjasa dalam masa perang kemerdekaan Republik Indonesia melawan penjajah Belanda.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan tangan terbuka mempersilahkan seluruh organ perjuangan Indonesia untuk menggunakan tanah dan bangunan di wilayah Yogyakarta dalam melawan penjajah.

Bersama rakyat Yogyakarta Sri Sultan turut mendukung Menteri Pertahanan saat itu yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr. Roebiono Kertapati membentuk jawatan sandi yang diberi nama Dinas Code.

Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX ini dibuktikan dengan pengumpulan dan penyampaian data informasi yang berasal dari titik-titik gerilya pada Agresi Militer 2 dapat diteruskan pada TB Simatupang di Banaran.

Berkat jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX pula, persandian memiliki peran yang sangat penting dalam upaya merebut Yogyakarta dari tangan Belanda dapat berhasil dilakukan selama kurang dari 6 jam.

Pada saat itulah peran dari pejuang sandi untuk mengirimkan berita rahasia melalui pemancar radio di Banaran, Gunungkidul, Bukittinggi hingga New Delhi dapat terjadi, sehingga akhirnya berita bahwa Yogyakarta merdeka selama 6 jam tersebut dapat diketahui oleh dunia internasional dan membuktikan bahwa negara Republik Indonesia masih ada.

Sementara Roebiono Kertopati yang dikenal dengan Bapak Persandian Indonesia juga berperan besar.

Sang dokter militer ini sangat tertarik pada bahasa sandi dan menunjukkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Soekarno dan Hatta di Yogyakarta betapa karyanya tersebut jauh lebih layak digunakan dibanding sistem sandi masa Kolonial pada tahun 1946.

Menurut Setyo, saar ini pun Rumah Sandi di Kulon Progo tempat Rubiono Kertopati dan anggota sandi negara saat itu bersembunyi dari serangan Belanda, yang masih kokoh berdiri sampai sekarang.

“Sandi yang disusun Roebiono dikirimkan melalui jaringan radio dan diterima oleh radio receiver di Bukittinggi, menjadi salah satu hal terpenting untuk mempertahankan republik di mata dunia. Itu tidak bisa dibaca oleh Belanda.

andi Roebiono mengabarkan apa saja yang terjadi di Yogya sehingga PDRI di Bukittingi punya bahan untuk mengambil keputusan untuk diteruskan ke PBB,” jelas Setyo. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved