Kisah Bakul Sayur dan Sapu Lidi di Klaten Naik Haji, Resepnya Rajin Menabung dan Rutin Salat Tahajud
Selain rutin menabung Rp10 ribu setiap hari, bakul sayur bernama Mursidah (67) itu rutin salat tahajud setiap malam.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Seorang pedagang atau bakul sayur dan sapu lidi keliling asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memiliki resep tersendiri mewujudkan mimpinya untuk naik haji.
Selain rutin menabung Rp10 ribu setiap hari, bakul sayur bernama Mursidah (67) itu rutin salat tahajud setiap malam.
Ia menyebut, salat tahajud yang dilaksanakan setiap pukul 02.00 WIB itu untuk meminta kepada Allah agar dirinya mendapat undangan ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.
"Agar istiqomah menabung, saya juga rutin salat tahajud, minta sama gusti Allah agar saya bisa naik haji," ujarnya saat berbincang dengan TribunJogja.com di rumahnya, Rabu (24/5/2023) sore.
Menurut Mursidah, selain rutin tahajud, dirinya juga rutin ikut pengajian dan beberapa amalan lainnya.
Salah duanya, puasa Senin-Kamis. Ibadah itu kata dia, untuk penguat dirinya agar mantap menabung dan yakin bisa naik haji.
Meski waktu keberangkatan ke tanah suci tinggal menghitung hari, MUrsidah tetap beraktivitas seperti biasanya, seperti ikut pengajian.
"Kalau nggak ikut pengajian, sayang waktu terbuang. Persiapan haji, ya secara fisik dan mental sudah," imbuhnya
Mursidah, memiliki prinsip, tidak harus menjadi kaya untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Perempuan asal Dukuh Kidul Pasar, Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu tekun menabung Rp10 ribu setiap hari sejak 30 tahun terakhir.
Hasilnya, ia bisa menunaikan rukun islam ke lima tersebut pada tahun 2023 ini.
Mursidah, sehari-hari beraktivitas sebagai bakul sayur dan sapu lidi keliling. Ia akan berangkat ke tanah suci pada Juni 2023 mendatang.
"Rahasianya ya rajin menabung. Saya selalu menyisihkan uang jualan sayur dan sapu lidi Rp10 ribu setiap hari," ujarnya.
Rumah Mursidah berada di perkampungan padat penduduk.
Rumah sederhana itu berlantaikan semen dan dinding tembok.
Di istananya itu, Mursidah tinggal seorang diri.
Namun empat anaknya yang sudah berkeluarga masing-masing, masih tinggal di desa tersebut.
Setiap hari, masih sering mengunjunginya untuk memastikan kondisi Mursidah.
Adapun suami Mursidah meninggal dunia pada tahun 1999 silam.
Mursidah, berjualan sayur pada pagi hari. Ia pergi ke pasar setelah selesai salat subuh dan membeli sayur dan sapu lidi.
Sayur dan sapu lidi itu, ia jual kembali keliling kampung dengan menggunakan sepeda onthel.
Satu ikat sayur dijual Rp3000 hingga Rp4000. Adapun satu ikat sapu lidi dijual Rp6000.
Keuntungan dari penjualan itu disisihkan setiap hari untuk uang muka biaya naik haji.
Mursidah, mulai mendaftar untuk naik haji pada tahun 2012.
Saat itu, nenek tujuh cucu itu membayar uang sebesar Rp25 juta.
"Uang itu simpanan ibu dari menabung. Sisanya sedikit ditambah anak-anak," ujar anak tertua Mursidah, Sri Murjiyanti (44) saat ditemui TribunJogja.com.
Ia mengatakan, biaya pelunasan perjalanan haji sudah dilunasi oleh Mursidah. Untuk biaya pelunasan sekitar Rp24 juta.
Uang pelunasan haji itu merupakan uang tabungan Mursidah sendiri.
Artinya, untuk berangkat haji, Mursidah mengeluarkan biaya hingga Rp49 juta.
Dikatakan Sri Murjiyanti, ibunya sempat diserempet sepeda motor saat hendak pergi ke pasar pada tiga tahun lalu.
Mulai saat itu, anak-anak Mursidah meminta ibunya untuk tidak berjualan sayur keliling lagi.
Namun, berjualan sapu lidi dan garam di rumahnya dan di perkampungan dekat rumah saja.
Ia berharap, perjalanan ibadah haji ibunya bisa berjalan lancar dan dimudahkan hingga bisa pulang kembali ke tanah air dalam keadaan sehat wal afiat.
( tribunjogja.com/ almurfi syofyan )
Bupati Klaten Sebut Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu Punya Pesan Saling Memaafkan |
![]() |
---|
Puncak Tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom Klaten Meriah, 54.135 Kue Apem Dibagikan |
![]() |
---|
Pengakuan Warga Ikut Berebut Sebaran Apam Tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom Klaten |
![]() |
---|
Tradisi Sebaran Apem Yaa Qowiyyu Digelar, Warga Jatinom Klaten Ikut Sedekah |
![]() |
---|
Bendera Merah Putih Sepanjang 800 Meter Terbentang di Jalan Desa Tarubasan Klaten |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.