Berita Pendidikan Hari Ini
The Conversation Indonesia Buka Kantor di UII, Berikan Pemahaman Isu Kontemporer Lewat Sains Populer
The Conversation Indonesia adalah sebuah media yang memang tujuannya adalah untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kepada publik.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dalam meningkatkan pemahaman masyarakat luas terhadap isu-isu kontemporer lewat pendekatan sains populer, Universitas Islam Indonesia ( UII ) dan The Conversation Indonesia (TCID) meluncurkan pembukaan kantor baru yang pertama di Yogyakarta .
Dengan hadirnya kantor tersebut, UII menjadi pionir di antara universitas se-Indonesia yang mewadahi hadirnya TCID di lingkungan pendidikan tinggi.
Seremoni peluncuran diadakan di Ruang Teatrikal Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII pada Kamis (11/5/2023) dan turut dihadiri oleh segenap pimpinan di lingkungan UII serta mahasiswa.
Peluncuran kantor TCID di UII ini juga dibarengi dengan diskusi publik bertemakan Apakah Politik Identitas Masih Relevan dalam Kampanye Pemilu 2024 di Media Sosial?.
Diskusi tersebut menghadirkan Ismail Fahmi, Ph.D, Rizki Dian Nursita, M.H.I, Wawan Mas’udi, SIP., MPA., Ph.D., dan Shafiq Pontoh.
Baca juga: UII Tambah Satu Guru Besar dari Jurusan Arsitektur
Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya mengungkapkan pentingnya menyongsong kemajuan sains melalui diskusi ruang publik.
“Kerja sama yang baik ini insya Allah menjadi tonggak penting di kedua belah pihak untuk bersama-sama melantangkan gagasan-gagasan tersaring yang penting untuk membuka diskusi sehat dan mengedukasi khalayak,” kata dia dalam sambutan.
Secara spesifik kerja sama dengan kampus juga diharapkan informasi terkait dengan perkembangan sains ini bisa lebih lantang terdengar di ruang publik dan menjadikan kalangan warga kampus siap menjadi intelektual publik,” ungkap Fathul.
Ditambahkan Fathul, fakta dan data adalah kunci utama yang menjadi landasan dalam berpendapat.
Menurutnya, hal ini sangat penting untuk merawat dan meningkatkan perangai ilmiah (scientific temper) dan scientific attitude publik.
“Salah satunya adalah dengan melantangkan kesadaran akan pentingnya data atau fakta yang mendasari setiap pilihan sikap atau pendapat,” imbuhnya.
Fathul menuturkan bahwa perbedaan adalah warna dari keberagaman.
Maka, perbedaan seharusnya tidak lantas membuat perpecahan, lawan perbedaan adalah persamaan, sedang negasi dari perpecahan adalah persatuan.
“Perbedaan tidak identik dengan perpecahan, perbedaan identitas adalah faktor sosial dan merupakan sunnatullah,” tuturnya.
Baca juga: UII Buka 3 Prodi Pascasarjana Baru, Bantu Jawab Tantangan Zaman
Catatan Pakar UGM tentang Makan Bergizi Gratis Budget Rp 10 Ribu: Masaknya Dekat Sekolah |
![]() |
---|
PMB PTKIN 2025 Mulai Dibuka, Diikuti 59 Kampus termasuk UIN Sunan Kalijaga |
![]() |
---|
Guru Besar UGM Raih Penghargaan dari Pemerintah Prancis |
![]() |
---|
Uji Coba Makan Bergizi Gratis, Siswa SD Muhammadiyah Suronatan Antusias |
![]() |
---|
Disdik Sleman Gelar Festival Komunitas Belajar 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.