Akselerasi Zero Waste Melalui Green Supply Chain Management
Isu lingkungan semakin mendapat tempat di ruang-ruang diskusi publik dan para pengambil keputusan.
Oleh: Arni Andriyani, Mahasiswa Magister Manajemen, UPN Veteran Yogyakarta
TRIBUNJOGJA.COM - Isu lingkungan semakin mendapat tempat di ruang-ruang diskusi publik dan para pengambil keputusan.
Dunia pun semakin ramai membahas isu lingkungan, perubahan iklim dan penyelamatan dunia.
Tak bisa dipungkiri, eksploitasi lingkungan dan pencemaran lingkungan terus terjadi, dipicu kegiatan industri yang menempatkan kepentingan ekonomi, keuntungan sebagai alasannya.
Pun dengan perilaku manusia yang juga bisa menjadi produsen sampah. Bahkan, di perkotaan, sampah menjadi masalah tersendiri yang jalan keluarnya mengatasi persoalan ini belum terang.
Melihat kenyataan demikian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pun mengambil langkah dengan menargetkan Zero Waste pada tahun 2050.
Zero Waste merupakan gaya hidup untuk meminimalisasi produksi sampah yang dihasilkan masing-masing individu yang akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan (Rarasati & Pradekso, 2019).
Berdasarkan data dari Ditjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total limbah sampah nasional adalah sebesar 68,5 juta ton.
Sampah tersebut didominasi sisa makanan, plastik, dan kertas. Jumlah limbah yang besar tersebut dapat mencemari lingkungan dan merusak kesehatan makhluk hidup.
Mengatasi masalah mengenai limbah merupakan langkah penting dalam menciptakan dan mempertahankan lingkungan.
Usaha untuk mencapai target Zero Waste pada tahun 2050 salah satunya dengan meminimalkan limbah yang dibuang masyarakat.
Mengurangi limbah yang dibuang masyarakat dapat dimulai dari industri manufaktur yang menghasilkan produk. Industri manufaktur yang tidak mempertimbangkan pengelolaan limbah produk dapat menyebabkan meningkatnya limbah yang
dibuang masyarakat sebagai konsumen akhir.
Maka sebab itu penting untuk melakukan perencanaan produk agar dapat secara efektif mengurangi limbah namun tetap dapat berkontribusi pada perekonomian.
Salah satu langkah industri dalam rangka pengurangan limbah adalah melalui Green Supply Chain Management.
Green Supply Chain Management (GSCM) merupakan seperangkat praktik manajerial yang mengintegrasikan masalah lingkungan dalam manajemen rantai pasok untuk memastikan kepatuhan lingkungan dan mendorong kemampuan lingkungan dari seluruh rantai pasok.
Supply chain management yang memperhatikan kondisi lingkungan dapat memberikan berapa manfaat
bagi perusahaan diantaranya yaitu penghematan biaya, peningkatan efisiensi perusahaan, dan peningkatan kualitas produk.
Selain itu, penerapan green supply chain management dapat meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan dan kinerja operasional perusahaan.
Peningkatan kinerja ekonomi perusahaan salah satunya berasal dari peningkatan kinerja lingkungan perusahaan dengan cara melakukan pengurangan limbah dan konservasi sumber daya.
Selain itu, penerapan green supply chain management dapat juga meningkakan kinerja operasional perusahaan yaitu dengan adanya pengurangan konsumsi bahan dan timbunan limbah, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian bahan dan pembuangan limbah.
Terdapat beberapa aktivitas operasional dalam praktik penerapan green Supply Chain Management di antaranya pengadaan hijau (green procurement), manufaktur hijau (green manufacturing), distribusi hijau (green distribution), dan logistik balik (reverse logistik).
Aktivitas pada pengadaan hijau antara lain adalah pemilihan supplier yang memiliki standar mutu
lingkungan dan melakukan promosi mengenai kegiatan daur ulang sehingga dapat mengurangi bahan yang berbahaya. Aktivitas pada manufaktur hijau seperi efisiensi energi, yaitu dengan mengurangi daya konsumsi dalam produk, meningkatkan kapasitas mesin, dan desain produk.
Aktivitas pada distribusi hijau di antaranya adalah kemasan hijau dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan logistik hijau meliputi penggunaan kendaraaan dengan bahan bakar alternatif.
Logistik balik adalah proses mengambil produk dari konsumen akhir untuk tujuan meningkatkan nilai dan pembuangan yang tepat.
Adapun kegiatan dalam logistik balik adalah pengumpulan, pemilihan, pemulihan, redistribusi, dan pembuangan.
Esensi dari logistik balik adalah ketika suatu produk yang telah kehilangan nilainya, aktivitaslogistik balik dapat melakukan recovery terhadap produk untuk menjadi produk baru dengan cara mendaur ulang beberapa komponen produk tersebut.
Penerapan Green Supply Chain Management pada perusahaan dapat dilakukan menurut aktivitas operasional perusahaan diantaranya melalui pengadaan hijau, manufaktur hijau, distribusi hijau, dan logistik balik.
Pada aktivitas pengadaan hijau perusahaan dapat melakukan pemilihan supplier bahan baku yang mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan mendukung penggunaan bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
Pada aktivitas manufaktur hijau perusahaan dapat menerapkan efisiensi penggunaan energi seperti mempertimbangkan penggunaan energi terbarukan dalam aktivitas produksi dan efisiensi penggunaan bahan baku sehingga mengurangi pembuangan limbah produksi.
Pada aktivitas distribusi hijau dapat dilakukan dengan mendesain pengemasan produk yang lebih ramah lingkungan sehingga meminimalisir limbah yang dibuah oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.
Selain itu, pada aktivitas distribusi hijau perusahaan dapat pula menerapkan pendistribusian dengan penggunaan kendaraan berbahan bakar alternatif seperti kendaraan listrik sebagai langkah dalam berkontribusi mengurangi emisi gas karbon.
Pada aktivitas logistik balik, perusahaan dapat menerapkan pengumpulan kembali limbah produk supaya dapat didaur ulang untuk menjadi produk baru sebagai alternatif dalam mengurangi limbah yang dibuang.
Konsep Green Supply Chain Management penting untuk diterapkan pada perusahaan. Hal tersebut dikarenakan penerapan konsep Green Supply Chain Management dapat berdampak pada lingkungan, persaingan pasar, hingga keberlanjutan perusahaan.
Dengan menerapkan Green Supply Chain Management, perusahaan berpacu pada perspektif lingkungan, yaitu bagaimana menjalankan operasional perusahaan sehingga dapat meminimalkan limbah dan dampak lingkungan yang nantinya berkontribusi dalam mencapai zero waste pada tahun 2050. (*)
Mahasiswa KKN UPN “Veteran” Yogyakarta Sulap Pekarangan Jadi Kawasan Pangan Lestari di Bantul |
![]() |
---|
Cara Tim Peneliti UPNVY dan Balai Tekkomdik DIY Kurangi Cyberbullying Lewat Sikomhati |
![]() |
---|
UPN VY Gelar Pelatihan Kewirausahaan Berprespektif Gender bagi KWT di Sendangarum, Sleman |
![]() |
---|
Tim Peneliti dari Dua Universitas di Jogja Gelar Simulasi Literasi Digital Cegah Cyberbullying |
![]() |
---|
UPN Jogja Serukan Aksi Damai Tanpa Anarki saat Sampaikan Aspirasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.