Pemda DIY Minta Petani di Kota Yogyakarta Mulai Intip Peluang Bisnis
Petani di Kota Yogyakarta yang beberapa telah terhimpun dalam kelompok tani, cenderung memanfaatkan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Minimnya lahan di Kota Yogyakarta memang menjadi masalah bagi sektor pertanian dan urung berkembang layaknya empat kabupaten lain di DIY.
Namun, kreativitas warga masyarakat rupanya dapat menyiasati problem keterbatasan lahan dan perlahan geliat pertaniannya pun bangkit.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto, menyampaikan pertanian di Kota Yogyakarta jelas tidak bisa disamakan dengan kabupatan, karena faktor keterbatasan lahan.
Akan tetapi, ia menyebut, sebenarnya petani di kotamadya tersebut punya kelebihan yang dapat dimanfaatkan.
"Keuntungan petani kota adalah dekat dengan pasar. Bahkan, inflasi daerah indikatornya memakai pasar-pasar yang berada di Kota Yogya, kan, salah satunya Beringharjo," jelasnya, Minggu (7/5/2023).
Namun, lanjut Sugeng, sebagian besar petani di Kota Yogyakarta yang beberapa telah terhimpun dalam kelompok tani, cenderung memanfaatkan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja.
Dalam arti, upaya meraup keuntungan dari komoditi pertanian belum sepenuhnya digarap secara serius.
"Memang, yang penting kebutuhan gizi keluarga bisa terpenuhi. Tapi, seandainya masih sisa, ya, bisa saja dikonsep jadi bisnis keluarga," terangnya.
Dengan catatan, seluruh petani di satu wilayah harus berkelompok agar bisa menjual komoditinya ke pasar secara bersamaan. Bukan tanpa alasan, dengan luas lahan yang relatif sangat terbatas, satu petani di Kota Yogya jelas tidak akan mampu memenuhi permintaan ataupun kebutuhan pasar yang melimpah.
"Agar punya bargaining, ya, harus berkelompok, agar bisa dijual bersama. Seperti di Bausasran itu, mereka berkelompok, hasil dari pertaniannya didol nang ngarepan saja iso payu, kok," ungkapnya.
Menurut Sugeng, terdapat deretan komoditi hasil tani unggulan yang saat ini marak ditanam oleh warga Kota Yogya, serta terbukti bisa 'menghasilkan'.
Antara lain, sayuran, tanaman hias dan beragam jenis buah-buahan yang tidak membutuhkan lahan terlalu luas.
"Kalau produk pertanian untuk kebutuhan pangan seperti padi, saya kira nyaris tidak ada di Kota Yogya, karena lahan pertaniannya saja sekarang itu tinggal tersisa sekitar 50 hektare," cetusnya.
"Makanya, unggulannya sekarang sayuran, tanaman hias dan buah-buahan. Tapi, watak dari pasar adalah kontinuitas. Jadi, yang penting petani bisa konsisten, produk selalu ada," imbuh Sugeng. (*)
DIY Raih Tiga Kategori Penghargaan di Smart Province 2024, Kolaborasi Pemerintah–Swasta Ditekankan |
![]() |
---|
Pemda DIY Perkuat Ketahanan Pangan melalui Lima Strategi Utama |
![]() |
---|
Pemangkasan Subsidi Rp6,8 Miliar, Bus Trans Jogja Berpotensi Kurangi Jalur dan Jam Operasional |
![]() |
---|
Pemkot Yogyakarta Optimis Paket Strategis 2025 Bisa Diselesaikan Tepat Waktu |
![]() |
---|
Enam Embung Baru Diusulkan untuk DIY, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.