Mencicipi Menu Ndeso Lodeh Lompong Langganan Sri Sultan HB X di Lereng Gunung Merapi

Di bulan Ramadan ini warung Icik Iwir yang bertempat di lereng Gunung Merapi, menjadi primadona pemburu takjil.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Suasana buka puasa di warung Icik Iwir, Sabtu (1/4/2023) petang. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lokasinya terbilang jauh dari hiruk-pikuk Kota Yogyakarta, sementara menu-menu yang disajikan pun terdengar asing, khususnya di kalangan anak muda.

Namun, siapa sangka, di bulan Ramadan ini Warung Icik Iwir yang bertempat di lereng Gunung Merapi, menjadi primadona pemburu takjil.

Pemilik Warung Icik Iwir, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan sejak restorannya beroperasi, deretan tamu istimewa hadir mencicipi sajian khasnya, yakni beragam olahan sayur lompong.

Salah satunya ialah, Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X.

"Beberapa kali Ngarsa Dalem mampir ke sini, menu kesukaan beliau lodeh lompong. Sekitar delapan kali beliau ke sini," ungkapnya, Minggu (2/4/2023).

Berdiri di atas lahan seluas 2.300 meter persegi, Warung Icik Iwir memang mengusung konsep restoran dengan nuansa khas pedesaan.

Suasana kawasan Turi, Sleman, yang berada di lereng Gunung Merapi, dengan udara nan sejuk pun semakin mendukung konsep, lengkap dengan bangunan Joglo.

Tidak hanya itu, menu yang dihidangkan pun lebih ditonjolkan pada kuliner-kuliner tradisional, yang kini makin sukar dijumpai, terutama di restoran-restoran pusat Kota Yogya.

Deddy menyampaikan, sejak awal pihaknya ingin mengangkat olahan sayur lompong sebagai menu andalan di resto besutannya.

"Karena sudah langka dan jarang, makanya tamu-tamu yang datang ke sini pasti memburu lompongnya. Apalagi, banyak juga yang penasaran, lompong itu kayak apa, bentuknya bagaimana," urainya.

Selain menanam sendiri, warungnya juga mengambil komoditas lompong dari petani sekitar, yang masih konsisten membudidayakan batang talas berwarna hijau tersebut.

Setali tiga uang, juru masak yang direkrutnya pun merupakan warga setempat, karena butuh keahlian khusus untuk mengolahnya.

"Kalau bumbu sebenarnya basic, tapi ada treatment yang harus dilakukan, tidak bisa langsung dimasak, karena bisa menyebabkan gatal-gatal, getah dari lompong itu, kan, bikin gatal, ya," ucapnya.

Sementara pengelola Warung Icik Iwir, Erma Wheny, menjelaskan, lompong di restorannya diolah menjadi beragam sajian, mulai dari lodeh, hingga oseng yang dibanderol belasan ribu rupiah saja.

Menurutnya, rata-rata pengunjung di hari biasa merupakan wisatawan kalangan keluarga dari DIY dan sekitarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved