40 Persen Orang di Jakarta Obesitas, Kebanyakan Usia 15 Tahun ke Atas
Kementerian Kesehatan menyebutkan, prevalensi obesitas di Indonesia terbanyak terjadi di wilayah perkotaan.
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyebutkan, prevalensi obesitas di Indonesia terbanyak terjadi di wilayah perkotaan.
Terkait hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) pun sepakat akan hal tersebut.
"Sepakat, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sekitar 40 persen orang di Jakarta, usia 15 tahun ke atas, itu buncit, atau obesitas sentral," ujar dr Piprim dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Jumat (3/3).
Menurut dr Piprim, obesitas sentral lebih berbahaya dari obesitas biasa. Karena berkaitan erat dengan potensi hipertensi, diabetes dan seterusnya.
Lebih lanjut dr Piprim mengatakan jika sekarang ini obesitas sudah menjadi epidemi di dunia, bukan hanya Indonesia.
"Bayangkan di Eropa misalkan, tahun 2001 itu angkanya sekitar 1 persen. Pada 2016 angka menjadi 11 persen. Di Indonesia pun tidak jauh berbeda, obesitas kita anak-anak itu sekitar 10-11 persen," tuturnya.
Piprim menuturkan obesitas ini memiliki siklus penyakit 'jahat' yang akan terjadi pada pengidap dalam masa 10-15 tahun berikutnya.
Di antaranya yakni pengidap bisa terjangkit penyakit lain seperti diabetes, stroke, penyakit ginjal, hingga kanker.
"Di Indonesia juga angkanya [obesitas] sekitar 10-11 persen, jadi tidak jauh beda," ujar dia.
Sementara itu Federasi Obesitas Dunia atau WOF (World Obesity Federation) memprediksi lebih dari separuh penduduk di dunia akan mengalami obesitas pada tahun 2035 mendatang.
WOF menggambarkan kondisi pada tahun 2035 itu akan berisi dengan lebih dari empat miliar manusia mengalami obesitas, dengan jumlah terbesar pada usia anak-anak.
Jumlah anak-anak dan remaja obesitas di tahun 2035 diperkirakan hingga dua kali lipat dari jumlah pada tahun 2020.
Jika dilihat dari sisi wilayah maka ancaman terbesar ada di Asia dan Afrika, khususnya di negara dengan penghasilan rendah atau menengah.
Di prediksi sembilan dari 10 negara berkembang akan menderita akibat ledakan jumlah pengidap obesitas ini.
“Ini peringatan yang jelas bagi tiap negara untuk bertindak sekarang atau akan menuai risikonya di masa mendatang,” kata Presiden WOF, Prof. Louise Baur.
Louise pun meminta kepada pemerintah tiap negara di dunia untuk membuat kebijakan mencegah ledakan oebsitas.
Karena kata dia obesitas pasti memunculkan banyak masalah ikutan seperti penyakit, biaya kesehatan yang tinggi serta sosial ekonomi.
“Negara-negara berpenghasilan rendah ini, sering kali tidak mampu menanggani obesitas dan konsekuensinya,” ujar Louise.
Kenaikan tingkat obesitas di dunia akan berdampak signifikan pada ekonomi global, setara dengan 3 persen dari Produk Domestik Bruto global.
Jadi intinya perkara obesitas bukan sekadar kesalahan para pengidap, tapi juga bisa dilihat secara makro.
Data yang dipublikasikan dalam laporan tersebut akan dipresentasikan ke PBB Senin mendatang. (Tribun network/ais/bbc/wly)
Upedate Terbaru Korban dan Kerusakan Akibat Ledakan Misterius di Pamulang |
![]() |
---|
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
Kelanjutan Kasus Ferry Irwandi, Menurut UU ITE dan Putusan MK, TNI Tidak Boleh Laporkan Warga Sipil |
![]() |
---|
Antisipasi Kemacetan Saat Long Weekend, Pengelola Terapkan Contraflow di Tol Jakarta-Cikampek |
![]() |
---|
Politisi Gerindra dan PDI-P Terima Dokumen Fisik Tuntutan Rakyat 17+8 di DPR RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.