Berita Bantul Hari Ini

Bupati Bantul Soroti Gaya Hidup Diet Ketat Dapat Berpotensi Lahirkan Anak Stunting

Pemkab Bantul terus berupaya menekan angka stunting pada anak. Selain asupan gizi pada anak yang kurang, menurut Bupati Abdul Halim Muslih, salah satu

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Pemkab Magelang
Kegiatan Advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan pada Kamis (2/3/2023), di Hotel Ros In. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkab Bantul terus berupaya menekan angka stunting pada anak.

Selain asupan gizi pada anak yang kurang, menurut Bupati Abdul Halim Muslih, salah satu penyebab stunting adalah anemia yang dialami ibu hamil.

Dalam kegiatan Advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan pada Kamis (2/3/2023), Bupati mengatakan seorang perempuan harus mendapatkan asupan nutrisi yang baik sedari remaja untuk menghindari anemia. Bupati pun menyoroti gaya hidup remaja perempuan saat ini.  

“Ada kecenderungan anak-anak gadis saat ini berkiblat pada kehidupan idol dan para artis yang melakukan diet ketat dan cenderung berlebihan sehingga banyak yang kurus dan mengalami kondisi anemia,” jelasnya.

Baca juga: Produk Indikasi Geografis Batik Tulis Nitik Yogyakarta Mejeng di Pameran Inacraft 2023

Maka dari itu, salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Bantul untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberikan pil penambah darah untuk remaja putri pada usia SMA/SMK sederajat.

Selain itu optimalisasi layanan posyandu juga diharapkan dapat meningkatkan peran dalam pengurangan dan pencegahan angka stunting di Kabupaten Bantul. Selain itu dilakukan pula sertifikasi kader posyandu untuk menjamin layanan yang diberikan sesuai standar.

“Dengan demikian dua dari fungsi layanan kesehatan, yakni promotif dan preventif dapat dilakukan oleh posyandu,” imbuh Halim.

Terkait pencegahan stunting pada ibu hamil yang anemia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewajibkan kepada calon pasangan pengantin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan 3 bulan sebelum pernikahan untuk menekan angka stunting atau gizi buruk pada anak.  

Dalam pemeriksaan kesehatan pra nikah ini, ukuran lingkar lengan atas calon pengantin perempuan turut dicek. Jika kurang dari 23,5 centimeter sudah menjadi indikator agar gizinya ditingkatkan guna mencegah malnutrisi pada 270 hari pertama anak dalam kandungan.

Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Shodiqin mengatakan bahwa BKKBN juga menggulirkan berbagai kebijakan untuk pencegahan stunting, salah satunya menggalakkan kampanye menghindari 4 terlalu, yakni hamil atau melahirkan terlalu muda (usia minimal 21 tahun bagi perempuan untuk menikah), hamil dan melahirkan terlalu tua (tidak lebih dari 35 tahun), menghindari melahirkan terlalu rapat (normal jarak kelahiran 2-3 tahun), dan menghindari terlalu banyak anak (dua anak lebih sehat) agar pendidikan dan kesehatan dapat lebih terjamin.

Dalam kesempatan itu dirinya juga menerangkan bahwa Bantul berhasil meraih pencapaian tertinggi dalam penanganan stunting di  DIY. Angka stunting di Kabupaten Bantul berhasil turun dari 19,10 persen (2021) menjadi 14,9 persen (2022). Berkat capaian ini, Pemerintah Kabupaten Bantul diganjar penghargaan dari BKKBN Perwakilan DIY.

“Pada tahun 2023 ini, masing-masing kabupaten dan kota di DIY mendapat dukungan sekitar Rp 32 miliar untuk pengelolaan program KB dan penanganan stunting, sekitar Rp 15 miliar untuk penanganan stunting,” ungkapnya. (nto)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved