Psikolog : Pose Pamer Harta atau Flexing di Media Sosial, Indikasi Perasaan Tidak Percaya Diri

Tindakan ini sengaja dilakukan untuk  menunjukkan kepemilikan material maupun properti yang dianggap bernilai bagi kebanyakan orang. 

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
freepik
Ilustrasi 

Perilaku flexing ini juga akan berdampak buruk ke arah impulsif buying. 

Seseorang akan menjadi sangat impulsif untuk membeli barang-barang branded hanya untuk flexing

Apabila flexing ditujukan untuk mengatasi self esteem rendah, maka hal tersebut hanya bersifat semu dan tidak berujung serta bersifat adiktif. 

Baca juga: Flexing dan Bisnis : Satu Sisi

Flexing justru menghalangi seseorang untuk mengatasi self esteem secara efektif.

“Kalau flexing dilakukan sebagai awal pemantik perhatian dan selanjutnya menunjukkan sesuatu yang lebih esensial seperti kompetensi, personaliti yang baik itu tidak masalah. Akan jadi masalah jika flexing ini jadi satu-satunya cara untuk manajemen impresi, jadi toksik bagi diri sendiri,”urainya. 

Lu’luatul mengatakan tindakan tidak mengkomparasikan diri dengan orang lain yang berada diatas dirinya bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah seseorang agar tidak terjebak pada perilaku flexing

“Coba untuk melihat ke bawah, jangan ke atas terus karena akan ada dorongan untuk flexing jika melihat ke atas. Kalau melihat ke bawah justru akan muncul rasa syukur,” katanya.

Ia menambahkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menunjukkan perilaku flexing

Kemampuan mengelola diri untuk melakukan flexing atau tidak menjadi sangat penting. 

“Flexing untuk menunjukkan pencapaian, sesekali tidak apa. Namun, saat kalau tidak posting menjadi cemas ini harus jadi alarm diri,” terangnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved