Berita Bantul Hari Ini

Pori-pori Tanah Terisi Air yang Sebabkan Jalan di Pedukuhan Kedungmiri Amblas Berulang Kali

Pemkab Bantul telah mendapatkan hasil kajian dari UGM yang meneliti amblasnya ruas jalan Pedukuhan Kedungmiri, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri.

Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Santo Ari
Bupati Bantul bersama tim peneliti UGM memaparkan penyebab amblasnya ruas jalan Pedukuhan Kedungmiri, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri. Kamis (16/2/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM - Pemkab Bantul telah mendapatkan hasil kajian dari UGM yang meneliti amblasnya ruas jalan Pedukuhan Kedungmiri, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri.

Adapun ruas jalan tersebut telah beberapa kali rusak, hingga pada akhir Desember kemarin amblas sampai sedalam 3 meter.

Kajian yang dilakukan UGM tersebut akan digunakan untuk membuat konstruksi yang kuat.

Dosen Teknik Sipil UGM , Ali Awaludin mengatakan, begitu mendapat permintaan dari pihak Pemkab Bantul , pihaknya pun melakukan pengeboran tanah hingga kedalaman 30 meter.

Dari usaha tersebut, peneliti  menemukan endapan alluvial lanau lempungan yang dialasi oleh batuan breksi andesit.

Baca juga: Ruas Jalan di Sriharjo Bantul Amblas Meski Telah Diperbaiki, Diduga Karena Fenomena Alam

Tanah lanau lempungan di segmen ruas jalan longsor memiliki ketebalan hingga 12 meter dan sifat plastisitas tinggi.

Selain itu dilakukan upaya geolistrik di beberapa titik yakni di kaki bukit di sisi utara, titik kedua adalah sisi perbatasan tanah sawah dengan badan jalan, dan yang ketiga adalah  badan jalan yang bersebelahan dengan sungai Oya.

“Di garis kedua, kami menemukan tanah jenuh dengan air, membuktikan bahwa hujan dan tata guna lahan disitu membuat penjenuhan tanah terjadi,” ucapnya, Kamis (16/2/2023).

Ia menjelaskan, amblasnya jalan tersebut lantaran tanah lanau lempungan berplastisitas tinggi di segmen ruas jalan longsor memiliki tingkat kejenuhan penuh, dalam artian seluruh pori-pori tanah terisi dengan air.

Tinggi kadar air ini diakibatkan dari penjenuhan oleh hujan yang telah berlangsung cukup lama sebelum kejadian.

“Kadar air yang tinggi mengakibatkan tanah bersifat lunak, memiliki daya dukung yang rendah dan sangat mudah bergerak, sehingga menyebabkan konstruksi turap beton tidak dapat menahan gerakan tanah yang terjadi,” jelasnya.

Dari kajian tersebut, ia bersama tim memberikan rekomendasi untuk melakukan pekerjaan stabilisasi tebing sungai yang dapat ditempuh dengan cara pembangunan dinding penahan tanah pondasi dalam.

Lebih lanjut dapat ditambahkan konstruksi bronjong untuk melindungi tebing dari gerusan air sungai dan penggantian tanah (soil replacement) untuk meminimalkan deformasi badan jalan.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa dari hasil kajian itu pihaknya meminta Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Bantul untuk merancang Detail Engineering Design (DED) terlebih dahulu.

Hasil DED itu pun tetap akan dikonsultasikan kepada para pakar UGM .  

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved