Politik Global

Iran-China Kuatkan Hubungan, Presiden Ebrahim Raisi Temui Xi Jinping di Beijing

Presiden Iran Ebrahim Raisi berkunjung ke Beijing memenuhi undangan Presiden China Xi Jinping mulai 14 Februari 2023.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AP/ VAHID SALEMI
Presiden Iran terpilih Ebrahim Raisi melambaikan tangan kepada para pendukungnya usai konferensi pers di Tehran, Iran, Senin, 21 Juni 2021. 

TRIBUNOGJA.COM, BEIJING – Presiden Iran Ebrahim Raisi mengadakan tur ke China mulai 14 Februari 2023. Ia memenuhi undangan Presiden China Xi Jinping.

Presiden Iran Ebrahim Raisi melakukan kunjungan kenegaraan ke China hingga Kamis. Jadwal ini diumumkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.

Analis mengatakan kunjungan pertama Ebrahim Raisi ke China sejak menjabat pada 2021 akan lebih jauh mengimplementasikan kemitraan strategis komprehensif antara China dan Iran.

Kunjungan pemimpin pemerintahan Iran itu menunjukkan tekad kuat pemerintahan Raisi untuk mempromosikan kebijakan "Melihat ke Timur".

Kebijakan Iran "Melihat ke Timur" berarti transisi dari kebijakan keseimbangan negatif dan non-blok untuk membangun aliansi dengan kekuatan dunia non-barat yang memiliki struktur politik serupa dengan Iran, seperti Rusia dan China.

Menurut IRNA, kantor berita resmi Iran, delegasi dari kedua belah pihak akan menandatangani "dokumen kerja sama."

Ibrahim Raisi juga akan mengikuti pertemuan dengan pengusaha China dan warga Iran yang tinggal di China.

Baca juga: Mengenal Sosok Ebrahim Raisi, Presiden Terpilih Iran Pengganti Hassan Rouhani

Baca juga: Segera Sambut Presiden Xi Jinping, Arab Saudi Bakal Tinggalkan Dominasi AS

Baca juga: Medvedev Ke Beijing Bawa Pesan Pribadi Putin ke Presiden China Xi Jinping

China adalah mitra dagang terbesar Iran, kata IRNA, mengutip statistik 10 bulan dari otoritas bea cukai Iran.

Ekspor Iran ke Beijing mencapai $12,6 miliar, sementara Iran mengimpor barang senilai $12,7 miliar dari China.

Prioritas utama kunjungan Raisi kali ini adalah untuk memajukan dan mengembangkan kemitraan strategis komprehensif China-Iran.

“Ia  juga mendorong perjanjian kerja sama 25 tahun dan lebih jauh mengimplementasikannya,” kata Tang Zhichao, seorang analis Timur Tengah di Akademi Ilmu Sosial China, kepada Global Times.

Iran dan China memiliki ikatan ekonomi yang kuat, terutama di bidang energi, transit, pertanian, perdagangan, dan investasi.

Pada 2021, kedua negara menandatangani pakta kerja sama strategis selama 25 tahun yang mencakup komponen "politik, strategis, dan ekonomi".

Ketika Wakil Perdana Menteri China Hu Chunhua bertemu Ibrahim Raisi di ibu kota Iran Teheran pada Desember 2022, Raisi menekankan lansekap internasional dan regional berubah.

Iran akan tetap berkomitmen kuat untuk memperdalam kemitraan strategis komprehensif antara kedua negara.

Kedua belah pihak telah menetapkan tujuan dalam beberapa pertukaran tingkat tinggi, tetapi kemajuan dalam beberapa tahun terakhir tertunda karena dampak pandemi COVID-19.

Poin utama dari kunjungan Raisi menurut Tang adalah untuk mendorong proses, karena bermanfaat bagi masyarakat kedua belah pihak.

Para ahli juga mengatakan China dan Iran memiliki banyak masalah internasional yang menjadi perhatian Bersama.

Termasuk masalah Afghanistan, stabilitas dan pembangunan regional, perubahan iklim, keamanan regional, keamanan energi, dan lainnya, yang perlu didiskusikan.

“Kunjungan ini dapat dilihat sebagai peningkatan sangat penting hubungan China-Iran,” kata Zhu Yongbiao, Direktur Eksekutif Pusat Penelitian Sabuk dan Jalan di Universitas Lanzhou.

"Kerja sama di bawah kerangka Belt and Road Initiative dan Shanghai Cooperation Organization akan memberi China dan Iran lebih banyak ruang untuk kerja sama. Diperkirakan setelah pertemuan ini, hubungan China-Iran akan memasuki tahap baru dan lebih tinggi," kata Zhu.

China sepanjang dua tahun terakhir sangat intensif menjalin Kerjasama ke banyak negara penting dan strategis.

Termasuk ke Kerajaan Saudi Arabia, yang merupakan musuh politik dan kultural Republik Islam Iran. Akhir tahun lalu Xi Jinping disambut istimewa oleh Raja Salman dan Pangeran Muhammad bin Salman.

Di Afrika, China juga mempedalam hubungan ekonomi strategis, termasuk militer dengan Djibouti, Ethiopia dan sjeumlah negara lain.

Di Pasifik Selatan, pengaruh China secara ekonomi maupun politik juga semakin kuat. China memperdalam hubungan kerjasama dengan Solomon yang memicu kemarahan AS dan Australia.(Tribunjogja.com/GlobalTimes/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved