Politik Global
Vladimir Putin : Tentara Merah Bebaskan Kamp Auschwitz-Birkenau dari Nazi Jerman
Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan Tentara Merah mengorbankan jiwa untuk membebaskan kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau dari Nazi Jerman.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan upaya untuk merevisi peran Rusia dalam kemenangan Perang Dunia II membuka jalan bagi kebangkitan ideologi mematikan Nazisme.
Selama operasi militer khusus Moskow yang sedang berlangsung di Ukraina, Putin mengatakan tentara Rusia memerangi kejahatan yang mungkin terjadi karena melupakan pelajaran sejarah.
Ia menekankan pesan itu lewat pesan telegram kepada penyelenggara dan peserta acara yang didedikasikan untuk Peringatan Hari Internasional untuk Mengenang Korban Holocaust dan peringatan 78 tahun pembebasan kamp Auschwitz-Birkenau oleh Tentara Merah.
Putin mengingatkan kembali, adalah orang-orang Soviet yang mengakhiri tindakan biadab Nazi pada tahun 1945.
"Kita harus memahami jelas setiap upaya untuk merevisi kontribusi negara kita untuk kemenangan besar sebenarnya berarti membenarkan kejahatan Nazisme, dan membuka jalan bagi kebangkitan ideologinya yang mematikan," kata Putin.
“Melupakan pelajaran sejarah mengarah pada pengulangan tragedi yang mengerikan. Buktinya adalah kejahatan terhadap warga sipil, pembersihan etnis, dan tindakan hukuman yang diorganisir oleh neo-Nazi di Ukraina,” lanjutnya.
“Dengan kejahatan inilah para pejuang kita berjuang dengan berani, bahu-membahu,” ulang Putin menegaskan pesannya untuk rakyat Rusia.
Baca juga: Ini Batalyon Azov, Milisi Sayap Kanan Ukraina yang Disebut Berhaluan Neo Nazi
Baca juga: Rusia Buru Dua Tokoh Neo Nazi Azov Ukraina, Tawarkan Hadiah Satu Juta Rubel
Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Posting Foto-foto Anggota Resimen Neo Nazi Azov
Pada 27 Januari 1945, empat divisi infanteri Tentara Merah di bawah komando Marsekal Ivan Konev tiba di kamp Auschwitz, kamp konsentrasi terbesar di Reich Ketiga.
Sekitar 1,5 juta orang, kebanyakan orang Yahudi, serta ribuan tawanan perang Soviet dan Polandia, dibunuh di Auschwitz antara tahun 1940 dan 1945.
Rusia telah berulang kali memperingatkan agar tidak memikirkan kembali sejarah Perang Dunia II dan menutupi Nazi dan kolaborator mereka di Eropa timur.
Pada 2014, kaum radikal merebut kekuasaan di Ukraina sebagai akibat dari kudeta, yang menyebabkan penggulingan Presiden Ukraina saat itu Viktor Yanukovich.
Kiev lalu meluncurkan apa yang disebut operasi anti-teror terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang memproklamirkan diri di Donbass.
Pasukan Ukraina yang memerangi republik Donbass termasuk sejumlah batalyon neo-Nazi.
Moskow meluncurkan operasi militer khususnya di Ukraina pada 24 Februari 2022 menyusul permintaan Republik Donbass untuk melindungi mereka dari serangan Kiev.
Pasukan Rusia melacak dan menemukan banyak jejak kejahatan yang dilakukan oleh kaum radikal Ukraina.
Pada hari penentuan 27 Januari 1945, lebih dari 200 tentara Soviet kehilangan nyawa dalam pertempuran membersihkan pasukan Nazi dari kamp Auschwitz-Birkenau.
Sekitar 1,1 juta tahanan - kebanyakan dari mereka adalah orang Yahudi, serta tawanan perang Soviet dan Polandia, dibunuh di sana antara tahun 1940 dan 1945 oleh rezim Nazi yang menduduki Polandia saat itu.
Di Belanda, pihak berwenang di negara itu tidak mengizinkan diplomat Rusia berpartisipasi dalam upacara mengenang para korban Holocaust di Amsterdam.
Kedutaan Besar Rusia di Den Haag menyebut keputusan itu sangat politis. “Apapun keraguan tentang situasi politik saat ini, keputusan ini sangat dipolitisasi," tulis kedutaan di kanal media sosial mereka.(Tribunjogja.com/Sputnik/xna)
Profil Bola Tinubu, Akuntan Lulusan AS, Pernah Jadi Keuangan di ExxonMobil Nigeria |
![]() |
---|
Politikus Senior Bola Tinubu Terpilih Jadi Presiden Nigeria |
![]() |
---|
China Kecam AS soal Asal Usul Virus Corona, Penyelidikan FBI Sudah Dipolitisasi |
![]() |
---|
Sergey Lavrov : Pendaftar BRICS Mencapai 20 Negara di Asia dan Afrika |
![]() |
---|
China Kecam Mentalitas Perang Dingin, Hegemonisme, dan Unilateralisme |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.