Berita Jogja Hari Ini

Provinsi DI Yogyakarta Termiskin di Jawa, BI DIY: Masyarakanya Gemar Menabung Dibanding Konsumsi

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budiharto Setyawan mengungkapkan, mayoritas warga DIY sebenarnya telah memiliki pekerjaan, namun

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Garis kemiskinan di DI Yogyakarta masih tergolong tinggi sehingga masih menjadi permasalahan klasik yang harus segera ditangani pemerintah setempat. 

Data dari BPS sendiri menunjukkan kemiskinan di DIY mencapai 11,49 persen menduduki peringkat ke-12 provinsi dengan kemiskinan tertinggi di Indonesia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budiharto Setyawan mengungkapkan, mayoritas warga DIY sebenarnya telah memiliki pekerjaan, namun secara statistik kemiskinan DIY dianggap masih tinggi.

Baca juga: DIY Jadi Provinsi Termiskin di Jawa, Begini Penjelasan Pemda DIY

Hal ini disebabkan pola konsumsi masyarakat DIY cenderung sederhana dan metode pengukuran statistik belum sepenuhnya bisa menggambarkan paritas daya beli atau purchasing power parity masyarakat DIY yang sebenarnya.

"Pola konsumsi masyarakat DIY cenderung unik yang relatif berbeda dibandingkan daerah lain. Mayoritas masyarakat DIY memiliki budaya yang kuat dalam menabung dibandingkan dengan konsumsi," jelas Budiharto, Jumat (20/1/2023).

Hal tersebut tercermin dari tingkat simpanan masyarakat di bank yang selalu lebih tinggi dibandingkan tingkat kredit.

Secara rata-rata, rasio kredit dibandingkan dengan simpanan rumah tangga di DIY dalam 10 tahun terakhir berkisar 66,78 % .

Jumlah itu tergolong rendah apabila dibandingkan dengan rasio ideal sebesar 80-90 % .

Dia mengatakan, kondisi tersebut terus menjadi problem secara statistik, karena penduduk dikategorikan miskin apabila rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Dengan demikian, semakin rendah pengeluaran penduduk maka akan semakin dekat dengan kemiskinan.

Sementara itu, kesenjangan pendapatan yang didekati dengan pengeluaran penduduk lokal dengan penduduk pendatang juga sangat tinggi.

Kesenjangan pengeluaran ini didominasi oleh produk tersier.

Di mana mayoritas penduduk pendatang melakukan pengeluaran yang signifikan lebih besar utamanya untuk produk makanan jadi, sewa rumah, maupun produk gaya hidup seperti perawatan kecantikan dan kesehatan. 

Kesenjangan pengeluaran ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan atau gini ratio di DIY menjadi tinggi.

"Hal tersebut tercermin dari tingkat gini ratio DIY yang mencapai 0,459 per September 2022 atau tertinggi se-Indonesia," jelasnya.

Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di DIY, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Salah satunya Pemda perlu untuk terus menciptakan lapangan kerja baru.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved