Kuliner
Mengenal Kue Keranjang Daun Pisang dari Kota Magelang yang Masih Eksis Selama 40 Tahun
Pembuatan kue keranjang atau kue khas perayaan Imlek itu, sudah ada sejak tahun 1980-an atau sekitar 40 tahun lamanya.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, KOTA MAGELANG - Di Kota Magelang terdapat sebuah rumah produksi kue keranjang berbungkus daun pisang yang berlokasi di Jalan Brigjend Katamso, Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang .
Pembuatan kue keranjang atau kue khas perayaan Imlek itu, sudah ada sejak tahun 1980-an atau sekitar 40 tahun lamanya.
Pemiliknya pun, kini sudah dipegang oleh generasi kedua bernama Juliawati (56) atau sapaannya Cik Juliawati.
Meskipun begitu, pengolahan kue keranjang tetap dilakukan secara tradisional.
Tak hanya itu, ditengah maraknya kue keranjang berbungkus plastik karena dianggap lebih ringkas.
Baca juga: Jaga Kualitas Jadi Kunci Sulistyowati Pertahankan Jualan Kue Keranjang di Yogyakarta
Rumah produksi ini, malah tetap mempertahankan bungkus ramah lingkungan yakni berbahan daun pisang.
Cik Juliawati mengatakan, pengolahan secara tradisional dan penggunaan daun pisang dilakukan untuk menjaga tradisi dan rasa.
"Jadi memang, kami buat kue keranjang sudah sejak lama dari Ibu saya (generasi pertama) sudah berbungkus daun pisang. Dan, diolahnya secara tradisional dikerjakan secara manual. Semua itu untuk mempertahankan tradisi dan cita rasa," ungkapnya saat ditemui pada Selasa (10/01/2023).
Adapun, pengolahan secara tradisional dilakukan mulai dari proses penggilingan beras ketan hingga proses pengukusan.
Meskipun, pada proses penggilingan beras ketan masih dibantu dengan mesin.
Namun proses penyaringan tetap dilakukan secara manual.
"Kalau buatnya biasa tepung digiling, sudah diayak, habis diayak dicampur pakai gula. Lalu dikukus, sekali masak bisa 5 jam, sampai kental dan kalis. Kemudian, didinginkan baru ditutup dengan bungkus daun," terangnya.
Di samping itu, alasan mempertahankan daun pisang sebagai bungkus.
Disebutkannya, sebab daun pisang mengeluarkan wangi dan aroma yang khas ketika dikukus.
Berbeda, bila memakai pembungkus dari bahan plastik.
"Kalau pakai daun pisang itu dari rasa beda, terus aroma jauh lebih wangi, walupun kami tidak pakai vanili (aroma makanan). Itu aroma daun akan lebih wangi, dan kalau daun pisang ini orang Jawa bilang-nya itu lebih kalis nggak madel. Seperti itu, makanya kenapa tetap bertahan pakai daun pisang sampai sekarang ini,"ungkapnya.
Baca juga: Pembuat Kue Keranjang di Kota Yogyakarta Mulai Kebanjiran Pesanan Menjelang Imlek
Kue Keranjang Daun Pisang Banjir Pesanan Menjelang Imlek
Selalu menjaga kualitas dan rasa, membuat kue keranjang daun pisang milik Cik Juliawati diburu para pembeli saat menjelang perayaan Imlek.
Pada tahun ini misalnya, dirinya kebanjiran pesanan yang datang dari luar kota Magelang bahkan luar Pulau Jawa.
"Kuota pesanan tahun ini, kebanyakan dari luar kota, seperti Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Klaten, banyak yang ambil. Terus untuk Magelang sendiri, sudah rutin yang biasa ambil, ada yang penjual itu langsung dari, atau ada yang reseller,"ujarnya.
Dengan banyak jumlah pesanan tersebut, dalam sehari dirinya mengaku bisa membuat hingga tiga kuintal kue keranjang.
Proses tersebut turut dibantu oleh 15 orang pekerja.
"Jadi,kami ada 6 tungku masak, setiap tungku bisa memasak 15 kilogram jadi sekali masak bisa 90 kilogram, biasanya, bisa tiga kali memasak. Jumlahnya tahun ini mungkin, kami buat sampai akhir nanti sekitar 6-7 ton kue keranjang,"ucapnya.
Adapun, kue keranjang ditempat ini memiliki dua varian rasa yakni original dan cokelat. Dengan harga yang juga berbeda.
"Sekarang, kue keranjang yang ukuran sekilo atau isi 2 untuk orisinal seharga harga Rp58 ribu. Kalau, isi 3 orisinal Rp 60 ribu. Sedangkan, coklat untuk isi 3 seharga Rp60 ribu,"ujarnya.
Sementara itu, ia mengaku, untuk ketahanan kue keranjang buatannya bisa disimpan sampai satu tahun lamanya.
"Jadi kalau cuma didiamkan saja, setahun tahan. Kalau masuk ke kulkas atau freezer itu lebih tahan lagi karena tidak memakai pengawet. Dan, kami juga nggak ada tambahan bumbu apapun, bener-benar cuman ketan sama gula, saja," tutupnya. ( Tribunjogja.com )
Menikmati Kuliner Nusantara di Lokal Folk Magelang: dari Ayam Betutu hingga Dendeng Sipahe Balado |
![]() |
---|
Rekomendasi Bubur Ayam Enak di Jogja : Cocok Buat Sarapan |
![]() |
---|
4 Rekomendasi Thai Tea Enak di Jogja: Favorit Anak Muda |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Kuliner di Malioboro: Ada Gudeg Legendaris |
![]() |
---|
5 Pilihan Tempat Makan Mie di Jogja yang Tidak Boleh Dilewatkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.