Politik Global

Dubes Eritrea : Barat Mulai Kehilangan Pengaruh di Benua Afrika

Dubes Eritrea untuk Rusia Petros Tseggai mengatakan pengaruh barat d benua Afrika mulai hilang menyusul sikap antikolonial generasi baru Afrika.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AP
Pasukan khusus Burkinan Faso bersama dengan Pasukan Khusus Perancis melaksanakan operasi pembebasan sandera di Hotel Splendid, di Ouagadougou, Burkina Faso, Afrika Barat pada Sabtu (16/1/2016) 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Duta Besar Eritrea untuk Rusia, Petros Tseggai, mengatakan dunia baru anti-kolonial sedang tumbuh di benua Afrika.

Prancis dan negara-negara barat lain mulai kehilangan pengaruh di Afrika. Hal ini dikemukakan Petros Tseggai dalam wawancara dengan media Sputnik dan dikutip Al Mayadeen.

Menurutnya, dunia lain sedang dibangun saat ini, dan orang Afrika akan dapat bernapas dengan bebas begitu mereka lepas dari pengaruh Amerika dan Prancis.

Tseggai mencatat negara-negara yang paling menderita akibat manipulasi asing adalah bekas jajahan Prancis.

Alasannya,  kata Tseggai, Prancis tidak hanya memiliki sikap neo-kolonialis, tetapi memang sikap kolonialis.

Dia menekankan ketika dekolonisasi terjadi pada abad ke-20, negara-negara Afrika dipaksa untuk menyimpan simpanan mereka di bank Prancis.

Kata Tseggai, banyak pemimpin Afrika memiliki sedikit watak dan sifat kolonial Eropa di kepala mereka.

Baca juga: Kudeta Burkina Faso, Jejak AS-Prancis di Afrika dan Moncernya Rusia

Baca juga: Detik-detik Milisi di Burkina Faso Bantai Warga, Datang Dini Hari Lalu Eksekusi di Rumah, 138 Tewas

Menurut diplomat itu, generasi muda Afrika kini tidak setuju dengan keadaan saat ini.

Eritrea mempertahankan hubungan normal dengan bekas metropolisnya, Italia, tetapi peran sejarah negara Eropa itu di era kolonial dikenang.

Dia juga mengatakan ingin meningkatkan hubungan dengan Italia, karena tidak ada orang jahat - tetapi manipulasi tidak dapat diterima.

Mengenai kebijakan AS, Tseggai memperingatkan pengaruh AS dapat menyebabkan dimulainya kembali konflik Tigray, karena AS mendukung angkatan bersenjata Tigray.

Sementara Amerika menyuruh orang Eritrea untuk meninggalkan Tigray, hanya pemerintah Ethiopia yang dapat meminta Asmara untuk melakukannya.

Eritrea membantu Ethiopia dalam perjuangannya melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray, yang meletus pada November 2020.

Konflik berakhir di meja perundingan, dan ditandai perjanjian gencatan senjata yang dinegosiasikan oleh proses perdamaian yang dipimpin Uni Afrika pada November 2022.

Pada akhir Desember, dilaporkan pasukan Eritrea telah mulai menarik diri dari kota-kota besar Tigray.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved